GELORA.CO - Pemerintah kerap menunjukkan data soal capaiannya soal ekonomi. Namun, bagi calon wakil presiden nomor urut 02, Sandiaga Salahuddin Uno kesuksesan yang diklaim pemerintah berbeda dengan yang dirasakan masyarakat.
Sandiaga menyebut, ketidakcocokan data keberhasilan Pemerintah dengan yang dialami masyarakat menunjukan adanya 'jarak' antara Pemerintah dengan warganya.
"Saya turun ke masyarakat. Saya tanya ke pasar, turun ke milenial, dan itu nggak direkayasa. Saya tanya 'cari kerja susah atau gampang?', (dijawab), 'susah'. 'Harga-harga turun atau naik?', (dijawab) 'naik'. Silahkan saja Pemerintah mengcounter dengan data-data," kata Sandiaga di Jalan Jenggala Nomor 9, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (21/10/2018).
"Tapi itu menunjukan jarak antara Pemerintah dengan masyarakat, semakin terlihat jaraknya. Pemerintah bermain dengan data-data, masyarakat merasakannya di bawah," ujar Sandi.
Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini mengaku lebih fokus mendengarkan aspirasi masyarakat dibanding meyakini data-data.
"Saya fokus ke masyarakat karena nanti yang menentukan pilihan masyarakat, dan mereka tidak akan bilang data. Mereka akan membandingkan dengan kehidupan mereka empat tahun lalu, mereka lebih sejahtera atau tidak, tabungan lebih mudah atau tidak, nyari kerja lebih mudah atau susah, harga-harga naik apa turun, itu simple saja," katanya.
Sandi kemudian menuturkan tetap menghargai data yang dimiliki pemerintah. Namun dia tetap meyakini kondisi masyarakat berbeda dengan apa yang tertera di data.
"Saya apresiasi kalau ada data-data yang menunjukkan bahwa itu berbeda dengan masyarakat. Tapi yang dirasakan masyarakat berbeda jauh dengan data-data tersebut," ucapnya.
Sebelumnya, Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany menyebutkan pihak oposisi kerap mengkritik Pemerintah tanpa data.
"Sudah biasa kubu oposisi melakukan itu. Mereka selalu mencoba membangun narasi kosong yang tak berbasis data. Mereka memutarbalikkan fakta hanya untuk meraih kekuasaan. Miris memang," kata Tsamara kepada detikcom, Sabtu (20/10/2018).
Tsamara mengatakan hal tersebut saat dimintai tanggapan atas pernyataan Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera (PKS) soal sulitnya membuat pasangan suami-istri tersenyum.
Dia juga mengungkap data tentang penurunan inflasi selama pemerintahan Presiden Jokowi. Data ini seakan mementahkan klaim kondisi ekonomi sulit.
"Isu bahwa harga bahan pokok melonjak justru terbukti sebaliknya. Per September 2018, angka inflasi turun sampai angka 2,88%. Pemerintahan Pak Jokowi berhasil menjaga stabilitas bahan pangan," kata Tsamara. [tsc]