GELORA.CO - Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi Gerindra Heri Gunawan menilai Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah menyerah dalam menyikapi kian tertekannya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS).
Penilaian ini didasarkan pada respons Sri Mulyani terhadap posisi rupiah yang sempat ditransaksikan senilai Rp 15.252 per dollar AS di perdagangan pasar spot, Selasa (9/10).
Sri menyatakan nilai dollar AS akan terus bergerak ke satu titik ekuilibrium baru seiring langkah The Fed yang akan menaikkan suku bunga beberapa kali di tahun depan.
Pernyataan itu menurut Heri, keluar setelah eks direktur pelaksana Bank Dunia itu gagal meyakinkan sentimen publik bahwa rupiah baik-baik saja. Sehingga, Sri Mulyani mulai memberanikan diri untuk mengakui bahwa pelemahan rupiah akan terus berlanjut.
"Pernyataan bahwa dollar sedang mencari titik ekuilibrium baru seiring langkah the Fed yang akan menaikan suku bunganya beberapa kali di tahun depan, pertanda Sri Mulyani telah 'lempar handuk' untuk mengatasi tingginya nilai dollar," ucap Heri kepada JPNN, Rabu (10/10).
Mumetnya menteri keuangan terbaik di Asia ini, lanjut politikus Gerindra itu, terutama karena sikap keras kepala yang ditunjukkan Presiden Joko Widodo yang terus meminta kebijakan yang diambil menkeu tetap populis.
Di sisi lain, perubahan sikap Sri Mulyani ini setidaknya menandakan dua hal. Pertama, ini dapat diartikan secara tidak langsung bahwa ada perbedaan pendapat di internal pemerintah dalam merespon pelemahan Rupiah.
"Kebijakan yang diambil sejauh ini terbukti tidak memiliki pengaruh signifikan dalam menahan depresiasi rupiah. Tim ekonominya merasa perlu diambil kebijakan yang lebih drastis, namun presiden nampaknya lebih suka dengan kebijakan yang populis demi mempertahankan elektabilitasnya," tutur Heri.
Kedua, perubahan sikap Sri Mulyani juga akan diikuti oleh Bank Indonesia, yang merasa intervensi pasar tidak cukup efektif menahan pelemahan nilai tukar, dan mengandung risiko menguras cadangan devisa.
"Kami memperkirakan rupiah akan bergerak terus menuju Rp 16.000 per dollar sampai dengan akhir tahun, jika tidak ada kebijakan yang drastis dari pemerintah," tandas legislator asal Jawa Barat ini. [jpnn]