OLEH: ZENG WEI JIAN
GELORA.CO - SENDIRI, all alone by my self, berbaring di kamar, malam mulai sepi, gelap, aircon at 19 degree celcius, di luar gerimis, seorang teman kirim video musik Sabyan Gambus.
Ada Nissa, suaranya lembut. Dada saya mulai sesak. Syahdu. She touches my soul. Saya dengerin lagi lagunya. Suaranya bening. I knew it; it was a religious song.
Mata saya mulai berair. Semakin saya resapi lagunya, saya menangis. Though, I have no idea what the song is talking about. It is in Arabic. Yet, it takes me flying to the plane of the gods.
Pasti lagu religi. Saya tanya apa judulnya. Seorang teman dari Jabha Alnusra bilang judulnya “Deen Assalam”. Kata Mardani Ali Sera, itu artinya “Agama Damai”.
Syahdan, I was right. Itu lagu religi. In South Indian Tantric tradition, lagu macam ini disebut “bhajan”. A music to express loving devotion to The Lord.
“Music is a language that doesn’t speak in particular words. It speaks in emotions, and if it’s in the bones, it’s in the bones,” kata Keith Richards.
Mungkin, malam ini my spiritual mood sedang meninggi. Rilex. Calm. My brainwave is in Theta waves frequency, generate the theta rhythm. So, alunan tembang dari Nissa merasuk sampai tulang saya.
”Our shared psychology produces fundamental patterns in song that transcend our profound cultural differences,” kata Samuel Mehr at Harvard University.
Lagu ”Deen Assalam” dari Nissa membangkitkan rasa rindu pada sesuatu yang sulit digambarkan. She touches a cord within me that resonates with my heart, mind, and spirit. And it feels good.
Suara Nissa seperti resonance of the Divine that pierce through Ones heart.
Damn, I fall in love with Sabyan Gambus. Sekelompok anak-anak muda keren. Talented. Modern, milenial dan religius. T.O.P Banget. Kombinasi idealistik.
Belakangan, ada seruan dari Pro Ko-Ruf memboikot Sabyan Gambus. Akun facebook Nissa tumbang. Pasalnya, mereka ngga mau dukung Paslon Ko-Ruf.
Jangan takut Nissa. Everything is gonna be alrite. You are so fine. Segmen pasar Sabyan Gambus bukan Jokower yang "kekiri-kirian" dan vulgar. Seni mereka realisme sosialis. Diskotik tempat hang-out mereka.
Saya dengar kabar bahwa Sabyan Gambus tolak tawaran Tim Lobby Paslon Ko-Ruf senilai 40 milyar rupiah. Dahsyat. Mereka patuh pada Itjima Ulama. Hormat saya yang paling tinggi kepada Nissa dan Sabyan Gambus.
Tapi kemudian, saya dikirimi dua foto; Sabyan Gambus bersama Joko, Ridwan Kamil dan Menteri Agama di acara " Santriverssary" dan foto Nissa bersama Presiden Joko dan Ibu Negara.
Saya dengar lagi desas-desus Sabyan Gambus belum mau menyemarakan pagelaran musik BPN Prabowo-Sandi. Dugaan saya, ada masalah di nominal kontrak. Tim Pemenangan Oposisi ngga punya duit sebanyak Tim Erick Thohir.
Damn…!! Perjuangan ini keras dan terjal. Tanahnya kering. Masa depan seolah suram. Dia yang mengatakan "Sontoloyo" tapi ngga bisa kerja bakal berkuasa kembali.
Semoga Nissa dan Sabyan Gambus masih tetap menyimpan sebuah keberanian idealistik. Show your true colour. Be the purest water on the desert sands.
Dalam hidup, materi ngga selalu nomor satu. Berjuang demi agamamu. Syukuri nikmat dari atas. Jangan komersil. Belum waktunya. Bersama ulama, mujahid dan orang benar, kita tumbangkan rezim ini di Pilpres 2019. [***]
Penulis adalah aktivis Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (Komtak) [rmol]