GELORA.CO - Pemerintah diminta bergerak cepat mengatisipasi melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Hal itu perlu dilakukan agar tidak berdampak pada kondisi ekonomi secara keseluruhan
Wakil Sekjen Indonesian Labour Suppliers Association (ILSA) Amin Ahmad mengatakan, rupiah sudah tembus angka psikologis Rp15 ribu per dolar.
Beberapa kantor sekuritas sudah membriefing para ekonomnya yang intinya harus menjaga kondisi ekonomi perusahaan dan pribadi karena pengaruh inflasi Turki sampai 20 persen dan perang dagang AS versus Tiongkok.
"Sekarang sudah mulai terkena dampaknya di Eropa, yang diprediksi nanti imbasnya akan sampai ke Indonesia," kata Ahmad kepada redaksi, Selasa malam (5/9).
Menurutnya, ada beberapa hal yang perlu segera dilakukan pemerintah agar tidak terkena dampak terlalu dalam pada ekonomi nasional. Yakni meminimalkan semua pengeluaran yang sifatnya konsumtif seperti cicilan elektronik, kendaraan, hingga pajak restoran.
"Karena saham lagi jeblok, jangan transaksi saham dulu. Hindari sementara bermain saham.Lebih baik simpan dalam bentuk emas dan lainnya dibanding cash," jelas Ahmad.
Selanjutnya, usahakan punya dana segar untuk operasional minimal enam bulan ke depan. Sebab, ada kemungkinan inflasi dan ekonomi tahun 2008 terulang kembali.
Ahmad juga mengingatkan pemerintah dapat menahan untuk memulai investasi, usaha baru atau proyek fisik minimal enam bulan ke depan.
"Tetangga kita seperti Malaysia, Thailand, Vietnam sudah mulai suffer kena imbas akibat Turki dan Eropa. Pertamina dan PLN saja sekarang diminta hold/freeze proyek-proyek sampai enam bulan mendatang," ujarnya.
Lebih lanjut, dia juga menyarankan masyarakat untuk menerapkan gaya hidup sederhana, ekonomis dan tetap menabung. Karena Kemungkinan banyak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat inflasi tinggi.
"Semoga pemerintah bisa segera mengatasi kondisi krisis ekonomi ini. Dan masyarakat juga bisa membantu dengan gaya hidup yang lebih hemat," pungkas Ahmad.
[rmol]