GELORA.CO - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fadli Zon tampak menanggapi cuitan rekannya di DPR Fahri Hamzah.
Dilansir TribunWow.com, hal tersebut tampak dari laman Twitter @fadlizon yang diunggah pada Sabtu (1/9/2018).
Awalnya, Fahri Hamzah mengomentari perkembangan laju nilai tukar rupiah terhadap dollar.
Dari postingan yang ia tanggapi, rupiah tampak berada pada kisaran Rp 14.925 per dollarnya.
Menurut Fahri Hamzah, ancaman tersebut lebih penting untuk diurus.
"Ancaman Ini lebih penting diurus daripada bikin ancaman ideologi...#StopHantuIdeologi," tulis Fahri Hamzah.
Fadli Zon pun juga turut mengingatkan perkembangan ekonomi, yang ia khawatirkan akan semakin terjun bebas ke jurang.
Lebih lanjut, Fadli Zon meminta semua ekonom pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk melakukan sesuatu guna mengatasi pelemahan rupiah ini.
"Hati2 ekonomi meroket ke jurang. Ayo mana ekonom2 pemerintahan @jokowi . Berbuat sesuatu menahan depresiasi," ujar Fadli Zon.
Sebelumnya, Fahri Hamzah juga sempat mengutarakan kekhawatiranya terhdapa perkembangan rupiah yang terus mengalami kemerosotan ini.
"Saya khawatir ada angka psikologis gitu, yang kalau kalau itu bisa mencapai Rp 15 ribu, nah itu berbahaya, bisa-bisa itu engga balik," ujar Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (31/8/2018), dikutip dari Tribunnews.
Menurutnya, pemerintah harus lekas mengambil langkah supaya rupiah bisa menguat.
Terlebih setelah dirinya mendengar apabila Bank Indonesia (BI) telah jor-joran mengintervensi rupiah supaya stabil.
"Kita harus nanyanya ke pemerintah apa antisipansinya, sebab saya dengar ini BI juga bleeding ini, udah terlalu banyak ngeluarin duit, harus dijawab ini, Karena ini menyangkut hak publik untuk mengetahui apa yang terjadi dengan perekonomian kita dan kesanggupan pemerintah untuk menghadapinya," katanya.
Sementara itu, nilai rupiah tembus di angka Rp 14.700 per dollar AS pada Jumat (31/8/2018).
Dari data yang dirilis oleh Bloomberg, rupiah ditutup melemah 0,20 persen, yakni Rp 14.710.
Diberitakan Kontan, menurut Kepala Ekonom BCA, David Sumual, merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar merupakan bagian dari kondisi global.
Terlebih menyangkut kebijakan Presiden AS Donald Trump yang mau mengenakan tarif impor baru bagi China.
Rencana itulah yang menyebabkan mata uang emerging market makin melemah.
Di sisi lain, Gubernur BI BI Perry Warjiyo mengatakan, dalam dua hari ini BI telah meningkatkan intervensi di pasar valuta asing sekaligus melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder.
Selain itu, BI juga membuka lelang foreign exchange swap (fx swap) dengan target dana yang dikumpulkan sebesar 400 juta dollar AS.
"Sejak kemarin pagi sampai sore kita lakukan intervensi di pasar valas. Kita juga melakukan pembelian SBN di pasar sekunder. Tadi pagi sampai menjelang jam 11.00 yang kita beli Rp 3 triliun, itu semua yang dijual asing kita beli. Hari ini kita juga buka terus lelang fx swap dengan target 400 juta insya Allah yang masuk lebih besar dari itu," ujar Perry di Jakarta, seperti diwartakan Kompas.com.
Perry meyakini kondisi perekonomian Indonesia memiliki ketahanan yang kuat, namun harus tetap mewaspadai kondisi di negara lain seperti Argentina dan Turki.
Menurutnya, indikator perekonomian Indonesia masih baik.
"Jika dibandingkan dengan negara lain, indikator indonesia baik. Dari sisi pertumbuhan ekonomi cukup bagus, inflasi insya Allah bulan Agustus sangat rendah kita tunggu pengumuman BPS dalam waktu dekat," ungkap Perry. [tribun]