GELORA.CO - Artikel media asing, Asia Sentinel yang menyudutkan Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) turut direspon istri putra sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Annisa Pohan.
Lewat sebuah kicauan di Twitter @AnnisaPohan, Annisa membela SBY dan menilai bahwa tudingan itu tidak benar. Dia mencium ada tujuan untuk mengacaukan kondisi Indonesia di balik penerbitan artikel tersebut.
“Apakah kita percaya dengan bangsa asing yang punya muatan untuk mengacaukan situasi di Indonesia?” tanyanya.
Dia berharap fitnah itu segera dihentikan. Sebab, jika dibiarkan terus terjadi sama saja membiarkan anak bangsa ini diadu domba media asing. Ujungnya, sambung Annisa, yang rugi adalah Indonesia dan yang untuk orang asing.
“Kita adalah bangsa berdaulat, jangan biarkan asing mengacak-acak,” tukasnya.
Asia Sentinel sempat menampilkan artikel berjudul "Indonesia's SBY Governmant: Vast Criminal Conspiracy" yang ditulis langsung oleh pendirinya, John Berthelsen.
Artikel ini memuat hasil investigasi tentang konspirasi di balik kasus Bank Century, yang akhirnya berubah jadi Bank Mutiara dan dikuasai oleh J Trust.
Disebutkan ada konspirasi mencuri uang negara hingga 12 miliar dolar AS dan ditemukan pencucian uang melalui perbankan internasional.
Laporan investigasi John ini berdasarkan gugatan Weston Capital International ke Mahkamah Agung (MA) Mauritius setebal 488 halaman pekan lalu.
Gugatan ini mengungkap 30 pejabat Indonesia yang terlibat skema pencurian uang dan melakukan pencucian uang di bank-bank mancanegara.
Selain itu, laporan investigasi ini juga merujuk pada analisis forensik atas berbagai bukti yang dikumpulkan oleh satuan tugas khusus investigator dan pengacara dari sejumlah negara, antara lain Indonesia, Inggris, Thailand, Singapura, dan Jepang.
Laporan tersebut dilengkapi 80 halaman keterangan di bawah sumpah yang menyeret keterlibatan lembaga keuangan internasional, termasuk Nomura, Standard Chartered Bank, United Overseas Bank (UOB) Singapura, dan lainnya.
Namun demikian, artikel itu sudah tidak bisa ditemukan lagi di laman Asia Sentinel. Pihak Asia Sentinel telah menghapus artikel yang menyudutkan ketua umum Partai Demokrat tersebut. [rmol]