Oleh: Asyari Usman*
Di dalam proses kehidupan semua makhluk, ada “regenerasi” dan ada pula kebalikannya yaitu “degenerasi”. Secara umum, makhluk apa saja pasti melakukan regenerasi secara otomatis. Kecuali terjadi kondisi yang ekstrem.
Kita lihat dulu sebentar pengertian kedua kata itu agar kita tidak tersesat membaca tulisan ini. Ini penting karena kalau sampai ada yang memahaminya sambil nyasar, tentu akan menimbulkan rasa jengkel. Bisa juga akan berlanjut dengan polemik.
Baik. Kata “regenerasi” (regeneration) maksudnya adalah pergantian generasi. Ada proses penerusan atau pelanjutan kehidupan. Tak keliru kalau mau disebut kelanjutan pembangunan, dsb.
Sedangkan kata “degenerasi” (degeneration) memiliki makna yang berlawanan dengan “regenerasi”. Yaitu, ada semacam proses pemunduran kehidupan. Atau, memundurkan capaian yang telah diraih. Lebih lugas lagi, memundurkan progres yang telah digapai.
Nah, kalau kita aplikasikan kedua terminologi di atas ke proses politik, dalam hal ini proses pilpilres 2019 yang sedang berlangsung saat ini, maka akan kita peroleh dua “movement” (pergerakan atau perjalanan) yang berlawanan arah. Konkritnya, satu paslon pilpres yang sifatnya regenerasi, dan satu lagi paslon pilpres yang sifatnya degenerasi.
Dengan berat hati, tetapi faktual, saya harus mengatakan bahwa paslon Jokowi-Ma’ruf Amin (KORUF) jelas sekali merepresentasikan Degenerasi. Dalam arti bahwa Pak Jokowi tidak didampingi oleh cawapres yang memiliki potensi untuk meneruskan estafet generasi.
Kalau misalnya Pak Jokowi terpilih lagi (meskipun kecil peluangnya), maka setelah berjalan lima tahun kecil kemungkinan Pak Ma’ruf akan “disambut gembira” untuk mencapreskan dirinya di tahun 2024. Karena 5-6 tahun mendatang komposisi demografi Indonesia semakin didominasi oleh generasi muda ‘fully digital’. Pak Ma’ruf akan terlihat memundurkan proses pergantian generasi kalau beliau berminat menjadi capres. Sebab usia beliau akan mencapai 80-an.
Sebaliknya, paslon Prabowo-Sandi (PADI) sangat jelas melambangkan proses Regenerasi. Karena pendamping Pak Prabowo sebagai wapres, yaitu Sandi Uno, berada pada usia yang sangat pas dalam rangkaian penerusan generasi. Sandi sangat “connectable” dengan semua lapisan masyarakat pada 2024. Usia Sandi baru mencapai 50-an.
Dalam arti, setelah Pak Prabowo menyelesaikan jabatan lima tahun, maka pada pilpres 2024 Sandi Uno akan melanjutkan estafet generasi. Dia semakin matang dan mapan dalam kepemimpinan sehingga tidak berjalan mundur.
Dengan demikian, sangat logis kalau di pilpres tahun depan para pemilih akan tersedot ke paslon PADI. Bukan ke KORUF. Sebab, PADI menyandang status sebagai Paslon Regenerasi, sedangkan KORUF terlihat sebagai Paslon Degenerasi.
Selamat memilih! [swa]
*) Penulis adalah wartawan senior