GELORA.CO - Merespons hal itu, Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, fenomena alam tersebut muncul akibat adanya gempa. Ia mengatakan, tanah berubah menjadi lumpur dalam bahasa ilmiah disebut likuifaksi.
“Munculnya lumpur dari permukaan tanah yang menyebabkan amblasnya bangunan dan pohon di Kabupaten Sigi dekat perbatasan Palu akibat gempa 7,4 SR adalah fenomena likuifaksi (liquefaction),” kata Sutopo melalui keterangannya.
“Likuifaksi adalah tanah berubah menjadi lumpur seperti cairan dan kehilangan kekuatan,” lanjut dia.
Sebelumnya BNPB mencatat jumlah korban meninggal di Palu sebanyak 384 orang. Sedangkan korban meninggal yang berada di Donggala belum dapat terindentifikasi karena BNPB belum dapat melakukan komunikasi.
Berdasarkan analisis BMKG, gempa di zona sesar tersebut mempunyai kedalaman yang dangkal, 0-60 kilometer. Hal itu menyebabkan Palu menjadi lokasi rawan tsunami.
[kumparan]