Mengapa Sel Novanto Lebih Besar? Ini Jawaban Kemenkumham

Mengapa Sel Novanto Lebih Besar? Ini Jawaban Kemenkumham

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham ) mengakui adanya perbedaan ukuran sel di Lapas Sukamiskin Bandung. Salah satunya, sel Setya Novanto yang diakui lebih besar dari napi yang lain.

Inspektur Jenderal (Irjen) Kemenkumham Aidir Amin Daud, mengatakan, ukuran sel yang besar dan kecil disebut sebagai peninggalan sejarah. Dia tak bisa merubah bentuk bangunan karena Lapas Sukamiskin salah satu warisan sejarah. 

"Sebenarnya ada dua, ruangan kecil dan besar, sejarahnya itu," ucap Aidir kepada detikcom via sambungan telepon, Minggu (16/9/2018).

Aidir menjelaskan Lapas Sukamiskin merupakan bangunan heritage peninggalan sejarah. Pada jaman dahulu, kata dia, Lapas Sukamiskin digunakan oleh Belanda untuk menawan perwira dan prajurit yang bermasalah. Gegara ada perbedaan antara perwira dan prajurit itulah, kata dia, dibuat sel dengan ukuran yang berbeda-beda. 

"Dulu itu Sukamiskin tempat memenjarakan opsir-opsir Belanda yang melakukan pelanggaran. Untuk opsir yang kere-kere itu di bagian bawah makanya ruangannya kecil-kecil. Kalau yang perwira-perwira yang melanggar itu di atas, makanya ruangannya lebih besar," tutur Aidir. 

Saat disinggung penempatan napi koruptor yang rata-rata di lantai atas dengan ruangan lebih besar, Aidir menyebut hal itu bukan kebijakannya. 

"Saya enggak tahu kalau itu gimana kebijakannya, cuma itu saya tahu ceritanya yang pernah saya dengar seperti itu (sejarahnya)," kata dia.

Sebagai bangunan heritage, kata Aidir, pihak Kemenkumham tidak bisa mengubah Lapas Sukamiskin. Sehingga adanya bangunan besar dan kecil itu merupakan peninggalan jaman dahulu yang sampai saat ini belum dilakukan perubahan.

"Enggak mungkin itu diubah, dirombak karena sebenarnya itu heritage," ucap dia.

Lantaran tidak dilakukan perubahan, dia mengakui tembok-tembok di setiap ruangan para napi rata-rata ada yang sudah rusak. Sehingga, penambalan dengan memasang wallpaper seperti yang terlihat dalam foto Ombudsman saat sidak di kamar Setya Novanto pada Kamis lalu dianggap suatu hal yang wajar.

"Apa yang diperbaiki kira pikirlah dikasih wallpaper. Kalau wallpaper-nya diribek, itu kan sudah hancur temboknya, bisa lebih rusak lagi, kasihan orang," kata Aidir.[dtk]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita