GELORA.CO - Mahasiswa diminta untuk tidak kalah dengan emak-emak yang menuntut harga sembako dan kebutuhan sehari-hari agar kembali murah. Saat ini justru emak - emak yang tergabung dalam Barisan Emak-emak Militan (BEM) yang kerap bersuara terhadap rezim Jokowi yang tidak pro rakyat. Padahal sebelumnya mahasiswa kerap turun ke jalan ketika ada sesuatu yang membuat rakyat sengsara.
"Bulan September merupakan tahun ajaran baru bagi mahasiswa. Momentum ini hendaknya dimanfaatkan mahasiswa untuk bangkit menjadi pemandu dan pengawal reformasi," kata pengamat pendidikan dari Universitas Al Azhar Prof Suparji Ahmad kepada Harian Terbit, Rabu (5/9/2018).
Suparji menegaskan, kehadiran barisan emak emak militan harusnya membuat mahasiswa malu dan menjadi cambuk untuk tampil di depan sebagai agen perubahan. Apalagi saat ini keadaan bangsa Indonesia memerlukan gerakan pelurusan dan pengingatan agar bisa kembali sesuai on the track. Saat ini banyak persoalan yang harus dikritisi mahasiswa antara lain anjloknya nilai rupiah, persekusi ulama dan aktivis serta deradikalisasi moral dan lainnya.
"Suara mahasiswa kepada lembaga legislatif dan eksekutif sangat penting untuk menjaga agar bangsa ini tetap berada on the track sesuai ideologi, kontitusi, regulasi dan reformasi," paparnya.
Lebih lanjut Suparji mengatakan, sebagai agen perubahan maka mahasiswa jangan sampai terlena terhadap keadaan negeri ini dimana ekonomi dan supremasi hukum sedang tidak jelas. Oleh karena itu mahasiswa yang tergabung dalam organisasi untuk tidak kalah dengan Barisan Emak-emak Militan. Karena melalui aksi-aksi yang persuasif maka mahasiswa perlu mengingatkan pemerintah agar benar-benar berpihak kepada rakyat kecil, wong cilik dan tidak memanjakan asing.
"Nawacita dan revolusi mental yang menjadi program pemerintahan saat ini perlu diingatkan dan ditagih mahasiswa," jelasnya.
Sebelumnya Barisan Emak-emak Militan (BEM) berdemo menuntut Joko Widodo mundur dari jabatan presiden karena maju Pilpres 2019. Emak-emak ini mengaku tidak ada yang membayarnya untuk melakukan demo. Oleh karenanya mereka mengaku bukan cheerleader atau hanya untuk penggembira saja.
"Kami menyuarakan hati kami, tidak dibayar, ongkos sendiri, lahir dari kesadaran kami sendiri melihat rasa iba dari negara ini," kata perwakilan BEM Kurnia Tri Rayani, di kantor KPU, Jl Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Senin (3/9/2018).
Dia mengatakan emak-emak tidak membenci Jokowi. Namun, Jokowi diminta mundur agar tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan. "Kami tidak benci Pak Jokowi, tapi kami berharap kalau sedang maju sebagai capres supaya tidak terjadi potensi abuse of power menggunakan kekuasaan itu harusnya mundur terhormat, itu demokratis," ujar Tri.
Dia juga meminta Jokowi untuk bersikap seperti Sandiaga Uno. Menurutnya Sandi telah menunjukkan sikap patriotis, karena telah memilih mundur dari Wakil Gubernur DKI Jakarta. "Contoh Bang Sandi. Bukan karena kami membela beliau, tapi sudah menunjukkan sisi patriotis dan heroik juga menurut saya," kata Tri.
Emak-emak ini melakukan aksi di depan kantor KPU, mereka juga beberapa kali meneriakkan 2019 ganti presiden. Selain itu, emak-emak ini membawa tulisan dukungan untuk tagar 2019 ganti presiden. Terdapat juga tulisan 'Presiden Harus Mundur Karena Sudah Jadi Capres' dan 'Mundur Pak, Berikan Contoh Sebagai Negarawan Demi Kontestasi Fair dan Adil'. [htc]