Ekonom AS, Steve Hanke Sebut Jokowi Omong Kosong soal Rupiah, Fadli Zon Menanggapi

Ekonom AS, Steve Hanke Sebut Jokowi Omong Kosong soal Rupiah, Fadli Zon Menanggapi

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fadli Zon tampak menanggapi pernyataan yang dilontarkan ekonom Amerika di Universitas Johns Hopkins, Prof. Steve Hanke.

Dilansir TribunWow.com, hal tersebut tampak dari laman Twitter @fadlizon yang diunggah pada Kamis (6/9/2018).

Awalnya, Steve Hanke mengomentari omongan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyalahkan faktor eksternal terkait pelemahan rupiah, seperti dibertakan oleh reuters, Rabu (5/9/2018).

Dalam pemberitaan tersebut, Jokowi mengatakan jika hanya ada dua kunci untuk menyelamatkan rupiah.

Yakni menggenjot investasi dan meningkatkan ekspor.

"Hanya ada dua kunci, investasi harus terus meningkat dan ekspor juga harus meningkat sehingga (kita) dapat menyelesaikan defisit saat ini," kata Jokowi.

Tak hanya itu, disebutkan pula jika saham Indonesia tenggelam paling dalam hampir dua tahun karena kemerosotan pasar negara berkembang.

Jokowi pun menyalahkan faktor eksternal untuk penurunan rupiah ke posisi terendah 20 tahun terakhir.

Diketahui, aset-aset Indonesia telah laku karena investor keluar dari pasar negara berkembang dengan kerentanan ekonomi terbesar di Asia Tenggara yang meningkat.

Hal itu disebabkan mereka khawatir dengan defisit neraca yang berjalan.

Menanggapi hal tersebut, Steve Hanke menyebut jika Jokowi hanya omong kosong karena menyalahkan rentetan faktor eksternal sehingga rupiah terjun bebas.

Steve mengatakan, jika AS dan IMF tidak berencana untuk menggulingkan Soeharto 20 tahun lalu, maka Indonesia akan memiliki rupiah yang sehat saat ini. "#Presiden Indonesia Joko Widodo mengatakan bahwa faktor eksternal berada di belakang #jatuhnya rupiah ke posisi terendah 20-tahun. Omong kosong apa. Jika AS & IMF tidak berencana untuk menggulingkan Soeharto 20 thn lalu, Indonesia akan memiliki mata uang & rupiah yang sehat," kata Steve.

Menanggapi hal itu, Fadli Zon mengaku setuju.

Fadli Zon pun mengatakan jika hal ironis terjadi karena Indonesia akan menjadi tuan rumah pertemuan IMF dan Bank Dunia Oktober mendatang.

"Setuju. Ironisnya, pemerintah akan menjadi tuan rumah pertemuan IMF / Bank Dunia pada Oktober 2018 nanti akan menghabiskan biaya USD 70 juta," ujar Fadli Zon.



Sebelumnya, Fadli Zon dan Steve Hanke sempat membahas hal serupa mengenai ekonomi Indonesia dan IMF.

Hal tersebut mereka lakukan pada Maret 2018 lalu.

Keduanya tampak saling berbalas pesan membicarakan kondisi ekonomi Indonesia, pelengseran Soeharto, hingga pertemuan IMF.

Fadli Zon awalnya menanyakan pendapat Steve Hanke soal peran International Monetary Fund (IMF) dalam krisis yang dialami Indonesia 20 tahun lalu.

Hal itu lantaran Steve Hanke berada di Indonesia saat terjadinya krisis.

@Fadlizon: Prof @steve_hanke , I know you were in Indonesia 20 years ago during the economic crisis.

What do you think of the IMF's role at that time?

(Prof @steve_hanke, saya tahu anda berada di Indonesia 20 tahun yang lalu saat terjadi krisis ekonomi.

Apa pendapat Anda tentang peran IMF saat itu?-red).



Steve Hanke kemudian membalas pesan Twitter Fadli Zon tersebut, ia menyatakan jika IMF berperan dalam mengacaukan Indonesia.

@steve-hanke: The IMF's role in Asian Fin. Crisis at direction of U.S. Pres. Bill Clinton = give advise to destabilize Indonesia & topple Pres. Suharto.

(Peran IMF dalam akhir Asia. Saat krisis diberi arahan Presiden Amerika Bill Clinton = memberi nasehat untuk mengacaukan Indonesia dan menggulingkan Presiden Soeharto-red).



Mendapat balasan dari Steve Hanke, Fadli Zon lantas mengucapkan terima kasih dan memberikan kesimpulan jika IMF hanyalah alat politik.

"Many thanks Prof, so the IMF was a political tool to worsen the economic crisis as conditions for regime change in Indonesia.

(Terima kasih banyak Prof., jadi IMF adalah alat politik untuk memperburuk krisis ekonomi sebagai syarat untuk perubahan rezim di Indonesia-red)," tulis Fadli.



Steve Hanke kemudian membenarkan pernyataan Fadli Zon.

"Zon, You are correct. US/IMF were trying to topple Suharto, and did.

As his chief adviser, I met with Suharto at his residence every night.

He knew exactly what the great game was all about.

(Zon, kamu benar AS / IMF berusaha menggulingkan Suharto, dan melakukannya. Sebagai penasihat utamanya, saya bertemu dengan Suharto di kediamannya setiap malam. Dia tahu persis apa permainan hebatnya-red)," tulis Steve.



Jadi tuan rumah pertemuan IMF dan Wolrd Bank

Diketahui, Indonesia akan menjadi tuan rumah dalam IMF-World Bank Annual Meetings (AM 2018) akan digelar di Bali pada 8-14 Oktober 2018.

Dikutip laman resmi BI, pertemuan tersebut merupakan pertemuan terbesar dunia dalam bidang ekonomi dan keuangan.

Diketahui, pertemuan ini menghadirkan Gubernur Bank Sentral dan Menteri Keuangan dari 189 negara anggota.

Sementara total peserta pertemuan itu sendiri mencapai 15 ribu orang.

Fadli Zon pun angkat bicara terkait hal ini.

Menurutnya, pemerintah Indonesia yang bertindak sebagai penyelenggara acara IMF-World Bank 2018 tidak hebat, karena bukannya dibayar, namun justru keluar uang 1 triliyun rupiah.

"Pemerintah @jokowi jadi 'event organizer' pertemuan World Bank - iMF.

Sebagai EO bukan dibayar, malah keluar uang hampir 1 triliyun rupiah.

Terus apa hebatnya?" kata Fadli Zon.



Sebelumnya, Fadli Zon pernah meminta agar Indonesia hati-hati terhadap IMF.

Hal ini ia sampaikan ketika delegasi IMF Christine Largede mengunjungi Indonesia beberapa waktu lalu dan memuji Indonesia.

Fadli Zon bahkan khawatir jika pujian IMF tersebut beracun.

"Hati2 pujian beracun. Waktu krisis 1997-1998 IMF jg puji2 fundamen ekonomi RI kuat.

Tp setelah itu menyiram bensin ke tengah api," ujar Fadli.

Menurutnya, IMF adalah institusi yang membuat ekonomi RI hancur pada 20 tahun silam.

"IMF adalah institusi yg bikin hancur ekonomi RI 20 th lalu. Kini pemerintah menjamu besar2an IMF dg biaya Rp 1 Trilyun. Mental Inlander?," kata Fadli Zon.



Dana Rp 11,9 triliun dikucurkan untuk amankan rupiah

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, hingga hari Selasa (5/9/2018) BI telah mengeluarkan Rp 11,9 triliun baik di pasar valuta asing maupun membeli Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

"Sejak Kamis, Jumat, Senin, Rabu kita intervensi jumlahmya meningkat. Juga di pasar sekunder koordinasi dengan Kemenkeu (Kementerian Keuangan)," kata dia ketika rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (5/9/2018), dikutip Kompas.com.

"Pembelian SBN tidak hanya stabilkan pasar SBN tapi juga mendukung stabilitas nilai tukar, agar suhu badan kita turun. Hari Kamis kita beli Rp 3 triliun, Jumat Rp 4,1 triliun, Senin Rp 3 triliun, dan kemarin Rp 1,8 triliun," sambung dia.

Dia menjelaskan, intervensi ganda merupakan salah satu bentuk langkah jangka pendek untuk stabilkan rupiah.

Selain itu, menurut Perry, hal terpenting dalam menjaga stabilitas rupiah adalah dengan menyeimbangkan tingkat depresiasi serta volatilitas nilai tukar tersebut.

Sehingga nantinya, jika memang harus terdepresiasi terhadap dollar AS tidak akan terjadi secara tiba-tiba.

"Yang paling penting adalah menjaga tingkat depresiasi agar tidak oversoothing sehingga kalau memang terjadi depresiasi tidak mendadak, tetapi secara gradual," ucap dia.

Dia menyebutkan, Bank Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk mengawal ketat rupiah seperti meningkatkan suku bunga acuan, intervensi ganda di pasar valas, serta menawarkan swap dengam biaya yang lebih murah. [tribun]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita