GELORA.CO - Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Provinsi Riau, Purwaji mengklarifikasi isu penolakan oleh Lembaga Ada Melayu (LAM) Riau. Purwaji juga membantah bahwa ada isu yang menyebutkan bahwa kehadirannya ditolak oleh Lembaga Ada Melayu (LAM) Riau.
Dalam unggahan akun facebook-nya, Rabu (19/9), Purwaji menyatakan telah melakukan pertemuan dengan kerabat Kerajaan Siak dan Lembaga Adat Melayu (LAM) sebagai upaya tabayun. Upaya ini juga diharapkan dapat mencegah polemik dengan Ustadz Abdul Somad (UAS).
“Alhamdulillah, saya dan beberapa sahabat siang ini selesai bertabayyun dengan Keluarga Kerabat Kesultanan Siak Sri Indrapura, dan LAM Riau terkait beberapa informasi soal pelaksanaan Dzikir Kebangsaan di Siak,” tulis Purwaji.
Dalam postingan tersebut Purwaji juga mengungkapkan pertemuan yang diadakan sebagai momentum yang baik untuk bukan saja saling mengenal satu sama lain, tapi juga meluruskan informasi yang beredar.
“Saya bersyukur kami disambut dengan baik oleh Kerabat Kesultanan Siak dan LAM Riau. Semoga permohonan agar LAM dan Kerabat Sultan memediasi rekonsiliasi antara Ansor dan Ustad Abdul Somad juga bisa terlaksana dan mencegah polemik ini berkepanjangan. Terima kasih,” tulisnya lagi.
Purwaji menegaskan dirinya maupun GP Ansor Riay tidak diusir LAM. Pertemuan dan klarifikasi tersebut menyusul tayangan di akun youtube dengan judul Purwaji Ketua GP ANSOR Riau Diusir oleh LAM. “(Video itu) membuat saya tidak nyaman sepanjang perjalanan Pekanbaru Siak malam tadi,” tulis Purwaji.
Ia menjelaskan, setelah bertemu LAM Riau dan LAM Siak bahwa tidak benar lembaga adat terhormat itu mengusirnya sebagaimana judul-judul provokatif itu. “Saya disambut hangat selayaknya keluarga oleh Kerabat Kesultanan Siak, Datuk datuk LAM Riau dan malamnya diterima LAM Siak,” kata Purwaji.
Dalam pertemuan tersebut pihaknya dan pihak LAM berdiskusi dengan baik dan saling menghormati satu sama lain. Mereka juga bermufakat dengan sabar dan bijak. Ia meminta pihak-pihak yang mau bermain-main dengan memprovokasi masyarakat agar berhenti, karena orang Melayu cerdas dan tak akan diprovokasi dengan fitnah-fitnah.
“Kami bisa duduk dan bicara dengan baik, santun tidak dengan umpatan umpatan. Sebab di sini, Kami berpijak pada Adat Besendi Syara, Syara Besendi Kitabullah…dan Al Quran kitab suci kami mengajarkan,” imbuhnya. [nhd]