GELORA.CO - Kata Pak Dahlan Iskan, kepercayaan diri Jokowi yang begitu tinggi, sampai menumbuhkan keyakinan bahwa berpasangan dengan sandal jepit sekalipun, dia tetap akan menang.
Tapi, terlepas Jokowi memang pasti terpilih lagi ataukan justru akan ditinggalkan para pemilihnya dulu, namun Jokowi berpasangan dengan kopyah emas sekalipun, tetap tidak akan merubah kepemimpinannya menjadi lebih baik.
Seperti juga ketika Tuan Guru Bajang memberikan kesaksian bahwa bacaan Qur`an Jokowi terang, tetap saja tidak akan merubah keaslian kualitas bacaan beliau. Sampai berbusa sekalipun TGB memberikan keyakinan, tetap saja publik tidak akan percaya. Kecuali kalau TGB berani meng-upload video saat Jokowi jadi imam shalat jahr.
Kita sudah pada tahu, bagaimana Jokowi belepotan melafazhkan beberapa kata saja dari huruf Arab. Jadi TGB tidak usah capek-capek memberikan penjelasan sesuatu yang sudah jamak diketahui orang banyak. Takutnya nanti malah muncul orang-orang yang sampai hati menyebut TGB berbohong.
Sebaiknya TGB terus saja berkampanye untuk Jokowi tentang keberhasilan pembangunan yang dilakukan Jokowi. Karena perihal klaim keberhasilan pembangunan itu masih bisa diperdebatkan para ahli.
Tapi kalau masalah kemampuan Jokowi ngimami shalat dan membaca Qur`an, sungguh itu adalah sesuatu yang teramat benderang, Tuan Guru.
Sampai akhirnya Jokowi resmi memilih Mbah Kiai Ma'ruf Amin menjadi pasangannya pada Pilpres yang akan datang, sempat muncul beberapa nama ulama: TGB, Muhaimin Iskandar, Mahfud MD dan lain-lain.
Mahfud MD adalah nama yang 99% sudah dipilih. Satu persennya lagi tinggal menunggu deklarasi. Tapi ternyata gagal. Batalnya Mahfud MD menjadi Cawapres Jokowi, oleh sebagian orang yang melihat politik teramat belut, dianggap sebagai hal yang wajar.
Mahfud MD sendiri menganggap itu adalah realitas politik biasa saja. Tapi pada rukun iman yang ke enam, telah dipastikan bahwa itu adalah garis takdir. Garis yang mungkin untuk menjaga Pak Mahfud agar tidak terlalu jauh kehilangan intelektualitasnya.
Sebab, sebagaimana kebiasaan yang sering terjadi, bahwa sehebat apapun seseorang, jika berada di bawah kepemimpinan yang kurang satu senti, maka dia pun akan jadi kurang satu senti. Kurang satu meter, ia pun akan jadi kurang satu meter. [tbw]