GELORA.CO - Batalnya Mahfud MD menjadi cawapres pendamping Joko Widodo diwarnai dengan ancaman bahwa NU tidak bertanggung jawab apabila bukan kader NU yang menjadi cawapres petahana.
Mahfud mengatakan informasi itu didapat langsung dari Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar saat mereka melakukan pertemuan.
Saat bertemu Muhaimin, Mahfud diberi tahu bahwa Rais Aam PBNU Ma'ruf Amin yang menyampaikan ancaman, yaitu NU bakal "lepas tangan" jika kader NU tidak menjadi cawapres Jokowi.
"(Ancaman) itu dibantah, padahal pernyataan itu yang menyuruh itu Kiai Ma'ruf Amin. Bagaimana saya tahu Kiai Ma'ruf Amin? Muhaimin yang bilang ke saya. Saya tanya, gimana main ancam-ancam? Itu yang nyuruh Kiai Ma'ruf," ungkap Mahfud meniru Muhaimin di acara ILC, Selasa (15/8) malam.
Mahfud juga mengungkapkan, satu hari sebelum pengumuman cawapres oleh Jokowi, terjadi pertemuan antara Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj, Ma'ruf Amin dan Muhaimin di kantor PBNU, membahas cawapres.
Pertemuan digelar usai ketiganya dipanggil secara terpisah ke Istana oleh Jokowi yang meminta masukan sosok cawapres. Mereka, kata Mahfud, marah karena ketiganya tidak disinggung sebagai "calon wakil presiden".
"Tiga orang ini berkesimpulan bahwa mereka bukan calonnya karena waktu dipanggil tidak disebut 'calon'. Lalu mereka sepertinya marah," ujar Mahfud.
Menurut mantan ketua MK itu, dari sinilah ancaman itu keluar. Ancaman bahwa NU tidak bertanggungjawab secara moral terhadap pemerintahan jika bukan kader NU yang menjadi cawapres. Kalimat "ancaman" didekte langsung oleh Ma'ruf Amin yang kemudian disampaikan oleh Ketua PBNU, Robikin Emhas.
Mahfud sendiri heran tidak dianggap oleh beberapa oknum di PBNU sebagai kader NU. Padahal dia sekolah di sekolah naungan NU, rektor di kampus naungan NU, serta masuk struktural PP Gerakan Pemuda Ansor, PP Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama, dan Wahid Institute sebagai penesihat dan pembina. [rmol]