GELORA.CO - KH Ma’ruf Amin resmi dipilih menjadi calon wakil presiden (cawapres) mendampingi pejawat Joko Widodo di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Wakil Sekretaris Jenderal MUI Tengku Zulkarnain mengaku senang dengan keputusan tersebut.
“Saya sebagai anggota sekaligus Wasekjen MUI ikut senang. Ada penghargaan terhadap ulama di kancah Pilpres 2019,” kata Tengku kepada Republika.co.id, Kamis (9/8).
Tengku menilai, hadirnya KH Ma’ruf Amin yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum MUI memberikan harapan baru. Terutama tentang keberpihakan pemerintah kepada umat Islam di Indonesia.
Ia mengaku sudah mengenal Ma’ruf Amin selama 21 tahun. Dirinya juga telah menjadi Wasekjen MUI selama 10 tahun di kepemimpinan Ma’ruf. Keteguhan dan konsistensi Kyai Ma’ruf dalam membela umat Islam tidak perlu lagi diragukan. Selain, tingkat kedalaman ilmunya yang telah diakui.
Namun, masih ada yang perlu diwaspadai. Menurut Tengku, selama empat tahun terakhir pemerintahan Jokowi-JK dikelilingi oleh pihak-pihak yang tak ramah kepada umat Islam. Hal itu, kata dia, melukai mayoritas umat Islam. Apalagi segelintir orang yang merendahkan ajaran agama Islam juga dibiarkan oleh pemerintah.
“Ini yang perlu diwaspadai. Pak Jokowi harus berani membuat kontrak politik bahwa tidak akan membiarkan begitu saja pihak-pihak yang tidak ramah kepada umat Islam,” kata dia.
Tanpa ada komitmen yang nyata dari Jokowi, sebagian umat yang merasa dilukai selama ini akan tetap pada pendiriannya. Yakni intinya memilih pemimpin selain Joko Widodo, meski Ma’ruf Amin dipilih sebagai wakil. Sebab, posisi terpenting terletak pada Presiden. Bahkan bukan tidak mungkin sebagian umat Islam cenderung tetap memilih Prabowo karena direkomendasikan dalam Ijtima Ulama.
Tengku menuturkan bahwa umat sudah cukup trauma. Maka itu selama masa kampanye selanjutnya harus ada perjanjian nyata dari pihak Jokowi. “Harus ada komitmen kalau mau menang. Kalau tidak ada komitmen ya susah, orang akan cenderung memilih Pak Prabowo,” tutur dia.
Tengku pun berpendapat dipilihnya cawapres Jokowi dari kalangan Ulama karena PDIP tidak lagi percaya diri dengan karakter nasionalis yang digaungkan. Hal itu berkaca dari beberapa Pilkada lalu dimana tokoh-tokoh agamis mampu mendongkrak suara. Oleh karena itu dibutuhkan perpaduan sosok nasionalis-relijius agar bisa mendapat simpati dan dukungan rakyat.
Meski demikian, setidaknya umat Islam sudah cukup tenang. Sebab, porsi calon pemimpin untuk lima tahun ke depan sudah mulai berimbang. Selain itu, kelompok-kelompok nasionalis mulai membuka diri untuk merangkul umat Islam.
Joko Widodo (Jokowi) resmi mendeklarasikan diri sebagai calon presiden di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Dalam kesempatan itu, Jokowi juga memutuskan KH Ma'ruf Amin sebagai cawapres yang akan mendampinginya.
Jokowi mengatakan, keputusan dirinya kembali maju setelah mendengar masukan dari ulama, ketua umum parpol, relawan, dan masyarakat luas. "Maka, dengan mengucap bismillah saya memutuskan kembali mencalonkan diri sebagai calon presiden," ujarnya, di Jakarta Pusat, Kamis (9/8). [rol]