GELORA.CO - Pemilihan Sandiaga Uno sebagai cawapres Prabowo Subianto di Pilpres 2019 masih ramai diperbincangkan. Salah satunya, karena tak mengikuti ijtima ulama yang merekomendasikan koalisi Prabowo memilih Salim Segaf Al Jufri atau Ustaz Abdul Somad (UAS) sebagai cawapres.
Namun, politikus Gerindra Sudirman Said menilai bahwa keputusan mengusung Prabowo-Sandi tak mengkhianati ijtima ulama. Meski dalam pemilihan cawapres akhirnya bukan dari kalangan ulama.
"Dengan tidak memilih ulama, bukan berarti Prabowo mengkhianati ijtima (ulama). Prabowo juga merupakan hasil dari ijtima," kata Sudirman Said di acara diskusi perspektif Indonesia dengan tema 'Kejutan Capres Cawapres' di Gado-Gado Boplo, Jakarta, Sabtu (11/8).
Ijtima ulama yang dipelopori Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama diselenggarakan pada 27-29 Juli 2018. Saat itu, mereka menghasilkan rekomendasi mengusung Prabowo sebagai cawapres. Sementara untuk cawapres, mereka memiliki dua opsi, yaitu Salim Segaf Al Jufri atau UAS.
Namun, pada 9 Agustus 2018, Prabowo akhirnya mengumumkan bahwa dirinya beserta koalisi memilih Sandiaga sebagai cawapres. Pasangan Prabowo-Sandi kemudian mendaftarkan diri ke KPU pada 10 Agustus.
Terkait hal tersebut, Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri menduga ijtima ulama jilid 2 kemungkinan akan segera diselenggarakan. Ia mengatakan ijtima ulama jilid 2 ini untuk merespons rekomendasi ijtima ulama pertama yang tak diakomodir.
“Kemungkinan ijtima akan membuat ijtima baru, dengan rekomendasi baru, kemungkinan, feeling saya ya. Jadi ijtima yang lama kan ada rekomendasi, feeling saya akan ada ijtima baru untuk membuat keputusan baru,” kata Salim usai mengantar Prabowo-Sandi mendaftar Pilpres 2019 di Gedung KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (10/8). [kumparan]