GELORA.CO - Video pria bersebo menyatakan menolak deklarasi #2019GantiPresiden di Banda Aceh viral di berbagai media sosial. Tujuh pria yang belum diketahui identitasnya itu juga memberi ancaman jika warga mengikuti deklarasi tersebut.
Dalam video berdurasi 35 detik itu mulai ramai dibahas netizen di Aceh sejak kemunculan video tersebut pada Kamis 30 Agustus 2018 kemarin. Dari kolom komentar, para netizen menyerbu dan menantang ketujuh pria tersebut untuk tampil tanpa sebo.
Pada awal video, mereka memperkenalkan kelompoknya namun namanya tidak jelas terdengar. "Kami pasukan .. (suara tidak jelas) Aceh menolak kedatangan anda untuk mendeklarasikan ganti presiden tangaal 1 September 2018 di Banda Aceh. Jangan coba-coba mengganggu kedamaian orang Aceh," kata pria tersebut.
Pada kalimat selanjutnya, pria tersebut memberikan ancaman agar deklarasi #2019GantiPresiden tidak digelar. Dia berbicara dalam bahasa Indonesia bercampur bahasa Aceh.
"Kalau Anda memaksa datang ke Aceh untuk mendeklarasikan ganti presiden ‘kamo ureung Aceh hana’ (kami orang Aceh tidak) menjamin keselamatan anda di nanggroe Aceh. Allahu Akbar," ungkapnya
Deklarasi #2019GantiPresiden yang rencananya akan digelar besok Sabtu esok di Banda Aceh juga belum mendapat izin dari pihak Kepolisian. Polisi malah menyarankan deklarasi tersebut digelar saat masa kampanye nanti.
Kapolresta Banda Aceh Komisaris Besar Polisi Trisno Riyanto menyebutkan bahwa kegiatan deklarasi #2019GantiPresiden belum mendapat izin. Meskipun panitia sudah mendatangi pihaknya.
"Enggak ada. Jadi itu tidak ada izin. Jadi alasan Kamtibmas kita sarankan jangan dululah mungkin nanti tunggu masa kampanye mulai baru mungkin itu," kata Kombes Trisno Riyanto saat dimintai konfirmasi pada Jumat 31 Agustus 2018.
Pihak kepolisian akan melakukan antisipasi agar tidak terjadi bentrokan dan gangguan ketertiban di Banda Aceh. Menurutnya, setelah ada rencana deklarasi #2019GantiPresiden, muncul kelompok lain yang menantang deklarasi tersebut.
Tolak Tagar
Sementara itu, kelompok masyarakat yang mengatasnamakan Gerakan Cinta Pemilu Damai menolak deklarasi #2019GantiPresiden dan #Jokowi2Periode, yang dinilai selalu membuat masyarakat jadi terpecah belah.
Maraknya gerakan tagar ini disebut mengancam perdamaian Aceh. Kordinator aksi Masyarakat Cinta Pemilu Damai, Teuku Muzwari Irza mengatakan, perang tagar ini merupakan sebuah gerakan yang akan membuat disparitas dalam kehidupan bermasyarakat di Aceh.
"Gerakan ganti presiden dan Jokowi 2 periode tidak etis dikampanyekan, seolah kita semua sedang mengkudeta demokrasi secara paksa. Biar masyarakat memilih secara demokratis sesuai dengan harapannya," sebutnya usai berorasi di bundaran Simpang Lima, Banda Aceh, Jumat 31 Agustus 2018. [viva]