GELORA.CO - Dai Nasional, Ustadz Bachtiar Nasir menilai kondisi Indonesia hampir sama dengan saat penjajahan dahulu. Para penjajah menggunakan diksi yang sama ditujukan kepada Islam.
“Di Indonesia ada diksi-diksi penjajah. Mereka takut dengan Islam yang damai, mereka takut ketika Islam bersatu. Dulu penjajah jika takut pada pribumi dikatakan ekstremis, dikarenakan melawan kebijakan Belanda. Dulu ketika ada Muslim yang ditakuti Belanda disebut dengan ekstremis ada juga inlander. Istilah itu sekarang juga sedang digunakan,” ungkapnya.
Sosok yang akrab dengan sapaan UBN itu juga melihat ada yang tidak normal di Indonesia. Di mana orang-orang dianggap sebagai muslim karena sudah berhaji maupun sudah umroh, juga shalat maupun puasa. Tetapi secara tidak sadar, keislaman mereka mulai termasuki oleh pemikiran penjajah.
“Menyebut Islam fundamentalis sebagai radikalisme, sebagai teroris, sebagai kapitalis. Ini sebetulnya diksi-diksi jahiliah, diksi penjajah yang digunakan untuk melemahkan umat Islam,” ungkap Direktur AQL Islamic Center ini.
Ustadz Bachtiar Nasir didaulat sebagai pembicara pertama dalam Tabligh Akbar Mudzakaroh Seribu Ulama dan Kongres Mujahidin di Gedung Aisiyah, Tasikmalaya, Ahad (05/08/2018). Ribuan orang hadir dalam acara ini, termasuk tokoh-tokoh nasional seperti Ketua MMI Ustadz Abu Jibril, Ustadz Fadhlan Garamatan, Walikota Tasikmalaya Budi Budiman, Ketua MUI Pusat, KH. Cholil Ridwan, Wasekjen MUI Pusat, Tengku Zulkarnaen, Gus Nur, Ketua MUI Tasikmalaya KH. Achef Noor Mubarok, Purnawirawan TNI Sarwan Hamid. [kiblat]