GELORA.CO - Presidium Persatuan Pergerakan, Andrianto mengatakan, meskipun Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ma`ruf Amin menjadi cawapres Jokowi, namun belum tentu jutaan warga NU alias Nahdliyin akan memilih Jokowi di Pilpres 2019 mendatang.
Hal itu ia katakan menanggapi pernyataan yang bernada mengancam dari salah satu elit di PBNU yang menurut mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD, pernyataan tersebut disampaikan oleh Ketua PBNU Bidang Hukum, Robikin.
"Nu struktural (pengurus) dukung MA (Ma'ruf Amin) yang jumlahnya paling 1000-an," ungkapnya seperti dilansir Akurat.co, Sabtu (18/8/2018).
Dia mengatakan, warga NU biasanya akan memiliki pilihan yang berbeda dan tidak segaris lurus dengan NU struktural atau dalam hal ini PBNU dan seluruh struktur di bawahnya.
"NU kultural yang jutaaan biasanya beda lagi. NU punya otonom dalam soal ginian (pilihan politik)," ujarnya.
Andrianto menegaskan, di dalam NU, yang memiliki pengaruh atas lumbung suara di internal adalah para kyai yang bukan berada di dalam struktural "Kyai kampung itulah pemegang real suara NU," katanya.
Seperti diketahui, dalam buka-bukaan atau 'blak-blakan' Mahfud MD beberapa waktu lalu, mencuat adanya ancaman dari elit PBNU kepada Jokowi jika kader NU tidak menjadi cawapres. Mahfud menyampaikan, jika kader NU tidak dipilih menjadi cawapres, maka NU akan 'tidur' dan meninggalkan pemerintahan Jokowi. [harianterbit / akurat]