Oleh : Dimas Akbar*
Sandiaga Uno, sosok yang belakangan ini mengguncangkan jagat politik nasional karena tiba – tiba mencuat sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto. Kehadirannya di kontestasi pemilihan presiden 2019 mematahkan berbagai analisis dan prediksi. Namanya hampir tak pernah muncul disejumlah lembaga survey maupun prediksi pengamat, namun di detik terakhir tanggal 9 Agustus 2018 ia muncul sebagai calon wakil presiden yang diusung koalisi Partai Gerindra, PKS, PAN, dan Partai Demokrat.
Sandiaga Uno adalah sosok santun dan tanpa beban. Ia cukup sering menjadi perbincangan negatif di media sosial, tetapi ia selalu tampil rileks diruang publik dan tak pernah ambil pusing terhadap komentar negatif. Ia lebih memilih jalur pembuktian kinerja dibanding terjebak membuang waktu dalam meladeni komentar negatif.
10 Agustus 2018, sehari setelah mendeklarasikan diri sebagai calon wakil presiden, Sandiaga Uno melanjutkan proses pendaftaran ke gedung KPU bersama Prabowo dan sejumlah tokoh penting dari partai koalisi pengusung. Sebut saja ada Zulkifli Hasan dan Hanafi Rais dari PAN, Fadli Zon dan Ahmad Muzani dari Gerindra, Muhammad Sohibul Iman dan Salim Segaf Al Jufri dari PKS, dan Agus Yudhoyono beserta Edhie Baskoro dari Partai Demokrat.
Baik Prabowo maupun Sandiaga Uno, keduanya mendapat kesempatan menyampaikan kalimat sambutan saat proses pendaftaran di KPU. Yang paling mengejutkan adalah sewaktu Sandiaga Uno menyampaikan sambutannya. Seperti biasa ia berbicara dengan rileks, tanpa beban, namun ada satu kalimat yang sederhana tapi kemudian berdampak dahsyat, yaitu ketika ia menyampaikan istilah “partai emak – emak”. Istilah tersebut memang sederhana, bahkan sebetulnya bukan bahasa Indonesia yang baku. Namun menurut saya istilah “partai emak – emak” merupakan representasi kecerdasan sosok Sandiaga Uno. Hanya dengan menggunakan istilah yang sederhana kemudian menjadi viral di media massa dan media sosial.
agi kubu lawan, istilah “partai emak – emak” menambah koleksi bahan olok – olok di media sosial. Padahal ? Menurut saya “partai emak – emak” merupakan sebuah ungkapan yang langsung menusuk kedalam jantung pertahanan lawan. Pak Jokowi terus berupaya membranding dirinya sebagai sosok yang sederhana, ia gunakan Toyota Kijang Innova dan kemeja bertuliskan “Bersih, Merakyat, Kerja Nyata” ketika datang ke KPU kemudian serentak media massa ramai memberitakan. Namun apa yang terjadi ? Yang dikenakan dan digunakan pak Jokowi saat mendaftar ke KPU gagal merebut perhatian publik.
Bagaimana dengan Sandiaga Uno ? Cukup menyelipkan istilah “partai emak – emak” saat memberi sambutan kemudian dampaknya langsung menggetarkan jagat dunia nyata maupun dunia maya. Hingga tulisan ini dibuat, istilah “partai emak – emak” masih mengisi pemberitaan di media massa. Mengapa ungkapan ini begitu dahsyat dampaknya ? Disinilah dibutuhkan kejernihan dan ketajaman berpikir dalam memahami. “Emak – emak” adalah bahasa keseharian yang artinya kelompok ibu – ibu.
Ibu – ibu adalah detektor dini kondisi perekonomian di masyarakat. Yang paling tahu harga kebutuhan pokok melonjak atau menurun setiap hari adalah ibu – ibu. Yang paling tahu perubahan harga gas rumah tangga adalah ibu – ibu. Yang paling tahu harga perlengkapan sekolah anak adalah ibu – ibu. Yang paling tahu pekerjaan suaminya sedang sulit atau lancar adalah ibu – ibu. Sandiaga Uno berhasil menangkap kegelisahan para ibu mengingat kondisi perekonomian dan harga kebutuhan hidup di era pemerintahan Presiden Jokowi relatif tinggi.
Inilah mengapa saya katakan istilah “partai emak – emak” merupakan bukti kecerdasan sosok Sandiaga Uno. Seketika ia berhasil merebut hati para ibu – ibu melalui istilah “partai emak – emak”. Tanpa istilah “partai emak – emak” sebetulnya Sandiaga Uno sudah memiliki kelebihan dimata para ibu. Ditunjang fisik yang prima dan tampan membuat para ibu terpikat. Ditambah lagi dengan istilah “partai emak – emak” maka lengkap sudah, Sandiaga Uno berhasil merebut poin di tahap awal kontestasi pemilihan presiden, mengalahkan upaya Presiden Jokowi yang terlihat betul sedang membranding kesederhanaan dilihat dari kendaraan dan pakaian yang dikenakan saat mendaftar ke KPU.
Inilah efek dahsyat istilah “partai emak – emak”. Ibarat pertandingan sepakbola, maka istilah “partai emak – emak” merupakan sebuah tendangan bebas yang langsung menembus gawang lawan di menit pertama. Bravo “partai emak – emak” ! [swa]
*Penulis adalah Pegiat Media Sosial