'Ledakan' Jubir Timses Jokowi

'Ledakan' Jubir Timses Jokowi

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Koalisi Indonesia Kerja (KIK) langsung tancap gas dalam memenangkan bakal calon presiden Joko Widodo dan bakal calon wakil presiden Ma'ruf Amin di Pilpres 2019. Sejumlah strategi disiapkan termasuk membekali 100 jubir yang akan menangkal 'serangan' dari kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

100 jubir yang masuk dalam struktur tim kampanye itu berasal dari kalangan parpol dan masyarakat non parpol. Mereka diberikan pembekalan tentang pencapaian kinerja Jokowi selama menjadi presiden hingga komunikasi media.

"(Materinya) ekonomi, capaian kabinet, publikasi dan media, lalu ada yang terkait dengan bagaimana menterjemahkan langsung keinginan Pak Jokowi di dalam komunikasi media agar mampu menghasilkan demokrasi yang lebih berkualitas," kata Sekjen Partai NasDem Johnny G Plate di lokasi pembekalan, Oria Hotel, Jl KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Senin (13/8/2018).

Sederet nama-nama tenar masuk dalam jubir tim pemenangan tersebut seperti pengacara Farhat Abbas, Sunan Kalijaga, presenter Sonny Tulung, Razman Nasution hingga Zora Vidyanata. Tak hanya itu, acara pembekalan para jubir juga dihadiri sejumlah elite parpol semisal Ketua DPP PSI Tsamara Amany, politikus PDIP Budiman Sudjatmiko, Ketua DPP Hanura Inas Nasrulloh hingga politikus Golkar Mukhamad Misbakhun.

Salah seorang jubir Jokowi-Ma'ruf, Farhat Abbas, mengaku ditempatkan menjadi jubir untuk melawan jubir dari kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang kerap berbicara 'keras'.

"Akan diarahkan nanti. Yang keras, yang menghadapi orang gila sana. Kalau di sana ada orang gila ngomong, kita cari yang gila nggak ngomong. Kalau ada yang rada gila, kita cari orang yang bisa mengobati orang gila," ujar Farhat.

Farhat mengaku siap untuk melawan pihak-pihak yang kerap mem-bully Jokowi dan parpol pendukung. Mereka yang akan dihadapi oleh Farhat cs mulai dari Fadli Zon hingga Ahmad Dhani.

"Kita dipersiapkan untuk menghadapi para hoaxers dan para politisi partai yang kebetulan ikut berkompetisi dalam persaingan ini yang lebih banyak mem-bully presiden dan partai-partai pendukung ini, jadi saya dipersiapkan untuk menjaga melindungi Pak Jokowi dan Pak Ma'ruf dari kontroversial dan mulut-orang orang di sana," paparnya.

Farhat juga meminta kubu Prabowo-Sandi bersama koalisi Gerindra dkk tak usah panik menghadapi jubir Jokowi semacam dirinya. Dia juga mengancam akan memidanakan pihak yang menyalahi aturan.

"Jadi mereka nggak usah panik dan jangan terlalu mendiskriminasikan saya. Justru kalau mereka katakan saya penyebar kebencian saya bisa pidana balik mereka dan justru kami ini terpilih karena kami memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum sebagai pengacara," sebut Farhat.

Selain itu, Farhat juga melancarkan serangan balik kepada kubu lawan. Dia mengkritik majunya Wakil Gubernur DKI Jakarta yang kini mengundurkan diri, Sandiaga Uno, sebagai cawapres Prabowo Subianto. Dia heran mengapa Prabowo tidak memilih ulama sebagai cawapresnya, melainkan memilih Sandiaga yang belum memiliki prestasi untuk kemajuan Indonesia.

"Ya, apa sih prestasi Sandiaga sampai saat ini? Kan belum ada, dulu pak Prabowo hujat Jokowi (Joko Widodo) dan Ahok (Basuki T Purnama) yang meninggalkan Jakarta setahun menjabat. Sekarang malah dia gandeng Sandiaga Uno. Jadi menurut saya, tidak semudah itu," ujar Farhat di Oria Hotel, Jl KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Senin (13/8/2019).

Politikus PKB itu juga menyebut elektabilitas Sandiaga masih di bawah rata-rata. Dia pun heran mengapa Prabowo tidak memilih nama lain untuk mendampinginya di PIlpres 2019.

Selain mengkritik Sandi, Farhat mengkritik Prabowo Subianto. Dia menilai Prabowo sebenarnya sudah tidak ada kemauan untuk maju di Pilpres 2019.

"Selama ini kan mereka ingin punya cawapres ulama, kok sekarang nggak, sebenarnya Pak Prabowo itu sudah nggak ada kemauan dan kemampuan jadi calon presiden, itu hanya seadanya saja makanya calonnya itu cuma satu partai aja," tuturnya.

Terkait dengan adanya isu mahar politik dalam partai pendukung Prabowo-Sandi, Farhat memprediksi suara yang akan diperoleh Gerindra akan turun pada Pemilu 2019. Dia juga membandingkan Prabowo dengan Presiden Jokowi, yang dia nilai lebih mempunyai prestasi.

"Apalagi ada isu mahar politik ya, ini hanya nama gengsi gitu tapi bagi mereka dulu biar gagal presiden yang penting legislatif naik, tidak. Semua gerbong partai perahu itu akan perjuangkan masing-masing, jadi saya prediksi Gerindra kalau masuk 6 besar aja syukur lumayan," ungkap Farhat.

Hal senada juga diungkapkan oleh jubir Jokowi-Ma'ruf lainnya yaitu politikus PKB Razman Arif Nasution. Razman mengaku telah menyiapkan strategi terkait 'serangan politik' dari koalisi lain.

"Saya di bidang hukum, nanti akan diposisikan di hukum akan seperti apa, kemudian di bidang ekonomi akan diposisikan seperti apa di bidang ekonomi. Nah, ini semua untuk meng-counter, pertama meng-counter katakanlah dari kubu sebelah. Mereka melakukan penyerangan. Nah, automatically, kita tentu harus jawab. Apakah kita defense (bertahan) atau kita menyerang. Lihat isunya seperti apa," kata Razman.

Pernyataan dari Farhat direspons oleh Partai Gerindra. Gerindra mengungkit sejarah Farhat di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi).

"Di saat Sandiaga Uno Ketua Umum Badan Pimpinan Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, Saudara Farhat itu pengurus DPD Hipmi Jaya. Masak Farhat pura-pura lupa, sih? Kan, Sandi Ketum Hipmi," ujar anggota Badan Komunikasi DPP Partai Gerindra Andre Rosiade kepada detikcom.

Dia lalu mengungkit ragam prestasi Sandiaga Uno yang kini mundur dari posisi Wagub DKI Jakarta. Sandi, menurut Andre, sangat mencolok sebagai pengusaha di Indonesia.

"Sandiaga Uno itu adalah anak muda yang prestasi pribadi ya, anak muda yang jadi orang terkaya di Indonesia. Beliau membangun usaha dari nol," tuturnya.

Sementara itu, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menyebut jumlah jubir Jokowi-Ma'ruf terlalu banyak. Menurut dia, semakin banyak jubir akan menjadi semakin rumit.

"Makin banyak bukan makin mudah, makin rumit, nanti konflik di antara mereka. Yang satu ngomong A, yang satu A minus, A plus. Kita nggak akan banyak-banyak," sebut Mardani. 

Komentar serupa juga datang dari Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan. Dia menyebut jubir dari koalisi Prabowo-Sandiaga akan lebih sedikit.

"Kalau jubir 100 (orang) lebih, bayangkan kalau ngomong semua apa nggak anu, ya, satu dangdut, satu pop, satu keroncong, kan ramai sekali itu," kata Zulkifli.[dtk]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita