GELORA.CO - “Kenapa Pak Karni, ngelihatin saya terus?” tanya Aa Gym.
Beberapa detik Karni Ilyas speechless. Lalu ia menjawab, “Terkesima.”
Detik-detik Karni Ilyas terkesima itu saat Aa Gym menjelaskan keterlibatan ulama dalam Pilpres.
Menurut Aa Gym, ulama tidak boleh hanya dijadikan pendorong mobil kekuasaan, lalu setelah berkuasa ulamanya ditinggal. Namun ulama harus bisa nyetir dan mengingatkan saat penguasa melakukan kesalahan.
“Yang penting ulama ini jangan dipakai ngedorong mobil, giliran mobil maju ketinggalan ulamanya. Nah ini saya tidak setuju kalau ulama dijadikan alat ngedorong kepilihnya seseorang tapi kalau udah kepilih, lewat,” kata Aa Gym di ILC, Selasa (7/8/2018) malam.
“Makanya jangan cari ulama yang cuma bisa ngedorong. Cari ulama yang bisa nyetir. Di dalam. Jangan salah nyari ulamanya. Cari ulama yang punya kemampuan. Di dalam itu membantu nih. ‘Pak sopir ini salah jalan.’ Harus berani. ‘Ini kalau salah begini terus saya nggak mau satu mobil.’ Harus ada ulama yang berani berkata jangan sampai ulama diajak hanya buat ngedorong. Jadi inginnya, kalaupun ada nanti takdirnya, ulama yang ikut itu bener-bener punya kemampuan leadership yang bagus, punya komitmen yang jelas terhadap negeri ini dan yang pasti mah takut ke Allah,” lanjutnya.
Di ILC itu, Aa Gym menyampaikan tiga nasehatnya terkait Pilpres 2019. Pertama, menjadikan Pilpres sebagai perlombaan, bukan pertandingan. Kedua, kalau melibatkan ulama harus niatnya tulus bukan sekedar sebagai pendorong elektabilitas. Ketiga, komitmen menjaga Pancasila dalam Pilpres dimulai dari taqwa kepada Allah, adil, mengutamakan persatuan Indonesia, dan seterusnya.
[tarbawia]