GELORA.CO - Wakil Ketua MPR ini yakin sekali bos Partai Gerindra Prabowo Subianto akan memberikan kursi yang ditinggalkan Sandi ke PKS. Keyakinan itu tumbuh lantaran Prabowo tidak menjalankan keputusan ijtima ulama yang merekomendasikan Ketua Dewan Syuro PKS, Salim Segaf Al-Jufri sebagai bakal cawapres. Prabowo malah memilih Sandiaga Uno sebagai pendampingnya. Praktis kursi DKI 2 yang kosong ditinggalkan Sandi menjadi objek tukar guling. Berikut penuturan Hidayat Nur Wahid.
Posisi wagub DKI saat ini lowong. Posisi itu kira-kira nanti akan diisi oleh kader PKS atau Gerindra?
Itu posisi wagub saat ini kan sehubungan dengan duet Anies- Sandi di Pilkada DKI, di mana mereka diusung oleh PKS dan Gerindra. Nah, sekarang kan Pak Prabowo tidak menerima resolusi dari para ulama, di mana Pak Salim Segaf seharusnya dijadikan calon wakil presiden. Tapi kan seperti kita ketahui cawapresnnya itu Pak Sandi. Oleh karena itu saya yakin Gerindra dan Pak Prabowo akan legowo, untuk memberikan kursi wagub DKI kepada PKS.
Memang hal itu sudah dibahas dengan Gerindra, sehingga yang mengisi pasti dari PKS?
Belum. Nanti kan bakal kami bahas bersama-sama dulu. Kalau pasti sebetulnya saya tidak bisa memastikan. Tapi kemungkinan besar dari PKS. Alasannya karena itu tadi.
PKS sudah mengajukan calon untuk posisi tersebut?
Tunggu dululah. Pak Sandi juga kan baru mundur beberapa hari ini.
Kabarnya PKS mendorong Mardani Ali Sera untuk jadi wagub DKI?
Belum tahu juga, karena kan belum ada pembicaraan. Namanya juga Pak Sandi baru saja mundur. Nanti pasti akan dibahas bersama-sama. Tapi memang Pak Mardani jadi salah satu kandidatnya.
Kapan pembahasannya dilakukan?
Belum tahu dong, namanya juga baru kan. Tapi pasti nanti akan dibahas kok, tunggu saja.
PKS kan gagal dapat kursi cawapres nih. Kira-kira hal ini bakal mempengaruhi elektabilitas partai enggak?
Kami sama sekali tidak khawatir soal elektabilitas, karena kami sangat terbiasa dengan kedewasaan pemilih PKS. Mereka tidak akan memilih berdasarkan sekadar figurnya. Ok, kami tidak punya kader di capres-cawapres. Apakah kemudian pemilih kami tidak memilih caleg dari PKS? Tidak dong. Pastilah mereka akan melihat kualitas figur, itu yang jadi basis PKS selama ini.
Tapi kan pasti ada pengaruhnya karena mendukung salah satu poros?
Sebetulnya, soal dinamika dan memutuskan siapa capres cawapres, saya yakin faktornya bukan hanya mendapatkan efek. Banyak faktor, misalnya soal Presidential Threshold 20 persen, kecocokan kedua pihak. Kemudian, bahkan soliditas koalisi masing-masing. Kalau itu jadi satu dominan, ya berarti hanya PDIP dan Gerindra yang diuntungkan. Tapi saya yakin tidak seperti itu.
Saya yakin penduduk Indonesia sudah terbiasa dengan memilih pada waktu bersamaan. Banyak kasus, misalnya anggota DPR milih partai A, DPRD partai B, ini nanti bisa terjadi. Presiden milih partai A, kemudian anggota DPRD atau DPR milih partai B. Calon yang ada itu tidak merepresentasikan mayoritas partai pendukung.
PKS optimis enggak dengan elektabilitas Sandi?
Kami optimis. Hal itu kan sudah terbukti saat Pilkada DKI. Pak Sandi saat itu dianggap memiliki elektabilitas yang rendah jika dibandingkan dengan pesaingnya. Tapi kan kenyataannya tidak. Buktinya dia bisa menang di kontestasi Pilkada DKI.
Jadi kami optimistis bangsa Indonesia punya kedewasaan untuk memilih. Mereka sudah terbiasa memilih dan membedakan. Mereka membawa kecerdasan. Kecerdasan itu bisa dibandingkan antara yang satu dengan yang lain. Bukan karena partainya atau figurnya bagaimana, tapi bagaimana kienrjanya. [rmol]