GELORA.CO - Politisi PKS Fahri Hamzah mengingatkan, sebaiknya pihak-pihak yang selama ini mencibir keterlibatan ulama dalam dunia politik untuk berkaca diri.
Pasalnya, lanjut dia, petahana calon presiden Joko Widodo (Jokowi) sendiri menjadikan ulama sebagai cawapresnya.
"Makanya jangan terbiasa sinis gitu loh, akhirnya kena trap (perangkap/jebakan) sendiri. Dia akhirnya salah sendiri enggak bisa remehkan lagi ulama, bilang ulama enggak usah terlibat politik," tandas Wakil Ketua DPR itu di Kompleks Parlemen Jakarta, Senin (13/8/2018).
Sebaiknya, kata dia, klaim simbolik khususnya terkait agama diakhiri dan dimulai dengan bersaing ide. Khususnya dari koalisi Jokowi. Sebab, Jokowi memiliki tugas paling berat karena utang janjinya masih banyak sekali.
"Ini akan ditanya satu persatu, itulah yang Pak Jokowi harus menyadari bahwa dia perlu menjawab dini janji-janji kampanyenya itu, karena akan ditanyakan dalam perdebatan, pasti ditanya. Ada 65 sampai 100 janji bagaimana jawabannya. Mulai dari buyback Indosat, memperbesar Pertamina dan ada banyak sekali," ungkapnya.
Kendati demikian, Fahri meyakini, gelaran pilpres 2019 tak akan ada benturan yang terlalu kuat lantaran secara simbolik Jokowi mengambil ulama sebagai cawapresnya. Karena itu, perang simboliknya akan berkurang.
"Ini menarik karena kandidat ini tidak seperti yang saya duga, tidak ada benturan yang terlalu kuat karena secara simbolik Pak Jokowi ngambil ulama sebagai calon wakil presiden. Sementara, Pak Prabowo yang diduga akan memakai ulama justru tidak memakai ulama dalam pertarungan ini. Karena itu justru akan terjadi semacam perang simboliknya berkurang," ujarnya.
Menurut Fahri, adanya ulama ada di kubu Jokowi lebih aman sebab tidak akan ada yang menyerang. Berbeda bila ulama ada di kubu Prabowo, ia menyinggung pasti akan banyak pihak yang diserang.
"Ini relatif pertempuran tidak akan sekasar yang saya duga. Coba bayangkan kemarin Pak Prabowo ambil Ustaz Abdul Somad, misalnya kayak gitu, wah itu bisa lain ceritanya, jadi ini landai ini," pungkasnya. [tsc]