GELORA.CO - Nilai tukar lira Turki berhasil membalikkan keadaan membuat tekanan bagi bursa saham Benua Kuning menjadi mereda.
Dilansir CNBC, hingga sore ini, Selasa (14/8/2018), Lira Turki pulih dari rekor terendah pada perdagangan Selasa pagi, menguat sekitar 6 persen melawan dolar AS di pasar spot. Padahal pada pagi hari, lira masih diperdagangkan melemah.
Pasar Turki diguncang minggu sebelumnya karena Presiden Donald Trump mengumumkan sanksi terhadap Ankara atas penahanan lanjutan pendeta Amerika Andrew Brunson, yang ditahan atas tuduhan spionase dan keterlibatan dalam kudeta gagal 2016.
Dukungan Rakyat Turki kepada Erdogan
Perang ekonomi yang dilancarkan Presiden AS Donald Trump terhadap Turki berbalik menjadi bumerang bagi AS. Hal ini lantaran rakyat Turki berdiri mendukung Erdogan.
Bahkan para pengusaha Turki ramai-ramai bantu Lira menguat dengan cara jual Dolar AS.
Erdogan Balas Boycot AS
Presiden Turki Tayyip Erdogan akan memboikot peredaran produk elektronik dari Amerika Serikat (AS) seperti iPhone. Ditulis Reuters, Erdogan melakukan strategi tit for tat atau aksi balasan terhadap AS karena telah menetapkan tarif 20 persen terhadap produk aluminium dan 50 persen terhadap baja asal Turki.
Penetapan tarif tinggi ini berkontribusi terhadap pelemahan mata uang Turki, lira. Lira selama Agustus terdepresiasi sebesar 30 persen. Bahkan nilai tukar lira terhadap dolar AS pada perdagangan awal Senin pagi (13/8) di Asia melemah 20 persen dalam sehari ke posisi USD 7,2.
BACA: Balas Trump, Erdogan Gandakan Tarif Impor Sejumlah Produk Asal AS
BACA: Balas Trump, Erdogan Gandakan Tarif Impor Sejumlah Produk Asal AS
Erdogan menegaskan, pemerintah Turki melakukan langkah serius terhadap kondisi perekonomian dalam negeri.
"Di tengah pelemahan lira yang dipicu perselisihan dengan Washington, ketegasan politik sangat dibutuhkan. Menukar lira dengan mata uang asing sama saja menyerah kepada musuh," ungkap Erdogan seperti ditulis Reuters, Selasa (14/8).