GELORA.CO - Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) Sandiaga Uno akan bertemu Habib Rizieq Shihab (HRS) di Mekkah, Arab Saudi. Rencana pertemuan ketiga tokoh ini dibenarkan Juru Bicara PA 212 Novel Bamukmin.
"Iya benar akan ada pertemuan Prabowo -HRS di Mekkah. Waktunya sedang diatur oleh pihak Prabowo Subianto," ujarnya kepada Harian Terbit, Senin (13/8/2018).
Novel menuturkan, rombongan Prabowo yang akan ke Mekkah juga akan ditemani oleh Sandiaga, yang saat ini menjadi Cawapres Prabowo dalam Pilpres 2019 mendatang. Mereka akan menemui HRS di Mekkah karena sesuai apa yang pernah diucapkannya. Apalagi Sandiaga menjadi cawapres Prabowo yang tidak sesuai Ijtima ulama yang mendukung agar Ustadz Abdul Somad dan Ustadz Salim Assegaf sebagai cawapres Prabowo.
"Menurut saya (pertemuan Prabowo - HRS di Mekkah) itu penting untuk membangun silaturahim kembali dan mendinginkan masalah agar masyarakat paham tentang keberpihakan Prabowo-Sandi yang masih sangat menjungjung tinggi ulama sebagai panutan umat," jelasnya.
Lebih lanjut Novel mengatakan, dalam pertemuan Prabowo-HRS kelak juga akan ada kontrak politik. Di antara kontrak politik tersebut, yakni Prabowo-Sandi harus setia kepada Ijtma Ulama sehingga keduanya harus mau mendengar pandangan para Habaib, Ulama dan Tokoh. Oleh karenanya jika terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden kelak segala aktivitas dan kebijakannya tidak mendahului Ijtima Ulama.
"Akan ada tahapan kontrak politik yang real dengan ulama buat kepentingan agama, bangsa dan negara, agar Ijtima tidak beri cek kosong kepada paslon. Secara rincinya pasti akan ada lagi nanti tentunya," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Umum Persaudaraan Alumni (PA) 212 Ustadz Slamet Maarif mengaku tidak mengetahui adanya informasi bakal adanya pertemuan antara Prabowo dengan Habib Rizieq Shihab (HRS) di Mekkah.
Ia pun meminta maaf karena tidak bisa memberikan informasi bakal adanya pertemuan tersebut. "Belum tahu saya maaf," ujarnya singkat kepada Harian Terbit, Senin (13/8/2018).
Fatamorgana
Sementara itu Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra mengatakan, koalisi keumatan hanya fatamorgana yang tidak pernah ada di alam nyata. Oleh karenanya PBB tidak pernah terlibat dalam koalisi keumatan sehingga pihaknya komplain ketika nama PBB dibawa-bawa tanpa pernah diajak bicara. Karena Berkali-kali Sekjen dan fungsionaris DPP PBB menghubungi Gerindra dan PAN mengenai koalisi yang digagas Habib Rizieq tersebut tetapi tidak ada respons sama sekali.
"Kita sudah sering bantu Gerindra, tetapi ketika partai kita terpuruk dikerjain KPU, apakah ada sekedar salam menunjukkan simpati kepada kita? Baik Gerindra, maupun PKS, PAN yang disebut Koalisi Keumatan itu tidak pernah ada," ujarnya.
Menurutnya, simpati terhadap PBB malah datang dari partai sekuler ketika 21 Dapil PBB diganjal di KPU. Sekjen dan Ketum partai sekuler menawarkan diri menjadi saksi di Bawaslu untuk mengatakan bahwa mengapa KPU tidak adil kepada PBB, sementara partai mereka juga terlambat menyerahkan data caleg.
"Kesan saya, bagi Gerindra, PKS dan PAN, PBB ini lebih baik masuk liang lahat daripada tetap ada. Begitu juga ketika keluar Keputusan Ijtima Ulama yang jauh menyimpang dari Rekomendasi sebelumnya, mana ada protes dari DPW?" jelasnya.
Karena itu, lanjut Yusril, PBB tidak ingin buru-buru memutuskan dukung Prabowo-Sandi. Atas sikapnya tersebut jangan pula diputarbalik menjadi fitnah, jika tidak dukung Prabowo-Sandi berarti dukung Jokowi Kiyai Maruf.
"Dari dulu saya katakan, PBB tidak mau dukung Jokowi, tetapi jangan pula itu diartikan bahwa PBB otomatis dukung Prabowo-Sandi. Kita akan ambil sikap dan keputusan final jika segalanya sudah terang, jelas dan nyata kemanfaatannya bagi PBB, umat, bangsa dan negara," paparnya. [htc]