Ahok Jadi Juru Kampanye Jokowi - Ma'ruf, Berkah Apa Musibah?

Ahok Jadi Juru Kampanye Jokowi - Ma'ruf, Berkah Apa Musibah?

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Jika bebas nanti, bekas gubernur Jakarta Basuki Tjahja Purnama alias Ahok ingin jadi juru kampanye Jokowi di Pilpres 2019. Pertanyaannya, Ahok akan jadi berkah atau musibah buat Jokowi?

Keinginan Ahok itu disampaikan Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, saat menghadiri deklarasi dukungan kepada Jokowi-Ma'ruf Amin, yang dilakukan oleh purnawirawan TNI, di Hotel Borobudur, Jakarta, kemarin. 

Kepada awak media, Luhut mengklarifikasi kabar yang menyatakan Ahok kecewa terhadap Jokowi yang meminang Kiai Ma'ruf sebagai cawapres. Menilik sejarah, Ahok dibui karena terbukti di pengadilan melakukan penistaan agama Islam, saat berpidato di Kepulauan Seribu, akhir tahun lalu. 

Nah, dalam proses persidangan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang diketuai oleh Kiai Ma'ruf mengeluarkan fatwa jika Ahok menista Agama Islam. Sang Kiai, menjadi salah satu saksi memberatkan Ahok. 

Singkat cerita, Ahok divonis dua tahun penjara pada 9 Mei 2017. Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cipinang Andika D Prasetya sudah berhitung, Ahok akan bebas murni pada 23 April 2019. Itu, termasuk remisi 15 hari pada Natal 2017. Belum dengan remisi 17 Agustus dan Natal 2018. 

Menilik peristiwa yang dialami Ahok, Luhut menampik kabar jika eks Gubernur DKI itu marah kepada Jokowi soal terpilihnya Kiai Ma'ruf. Melalui surat yang diterima Luhut, disampaikan bahwa Ahok justru senang dan ingin menjadi bagian dari tim pemenangan. 

"Ada yang bilang Pak Ahok marah katanya. Kemarin Ahok tulis surat ke saya, bilang, 'Saya senang', Pak. Kalau saya keluar dari penjara, saya pengin juga ikut kampanye nanti di tim pemenangan," ujar Luhut. 

Luhut, justru menyampaikan, pentolan Ahokers sudah mengunjungi Ahok dan siap memenangkan Jokowi di Pilpres 2019. "Saya pastikan seribu persen dia (Ahok) tidak marah," imbuh Luhut. 

Luhut juga menyampaikan, berdasarkan informasi yang didapat dari seorang kawan, Ahok juga berpesan kepada para generasi muda untuk tetap mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin. "Jadi kita lihat dari positifnya. Semua kita bisa berbeda waktu yang lalu, tapi semua kalau melihat untuk kebaikan NKRI kita buang perbedaan-perbedaan kita untuk kepentingan nasional untuk NKRI. Jadi NKRI itu harga mati," pungkasnya. 

Menanggapi ini, Guru besar UIN Jakarta, Prof Andi Faisal Bakti berpendapat, jika benar Jokowi menjadikan Ahok sebagai juru kampanye, akan menjadi bumerang bagi elektabilitas Jokowi-Mar'ruf. Soalnya kehadiran Ahok bisa bisa dijadikan peluru pihak tertentu untuk menggunakan isu agama. 

"Ini bisa menggerakkan sesuatu yang mulai dilupakan orang. Apalagi dulu kata-kata Ahok tidak pantas, termasuk kepada Ma'ruf Amin. Ini blunder namanya," ujar Andi kepada Rakyat Merdeka. 

Andi menyebut, bukan strategi yang baik menjadikan Ahok sebagai juru kampanye. Selain bisa menggerus elektabilitas, juga tidak singkron dengan posisi Ma'ruf yang hadir untuk melengkapi Jokowi di sektor keislaman. 

"Ini lebih banyak musibahnya, dari pada berkahnya. Apalagi lawannya (Prabowo-Sandi) tidak jadi pakai isu agama. Arahnya, ke ekonomi, militer, non jawa dan tradisional muslim," katanya. 

Musibahnya, kata Andi, akan terjadi tarik menarik antara Ahokers (pendukung Ahok) dengan Ma'rufers yang bisa saja berkembang negatif. Menurutnya, pendukung Ma'ruf kebanyakan dari kalangan Nahdlatul Ulama berdaya kritis tinggi dan tegak terhadap agama. "Jadinya lucu, Ma’ruf untuk menangkal isu agama tapi memasukkan penista agama," kelakarnya. 

Berkahnya, kata Andi, Ahok bisa menjadi penjelas keberhasilan pemerintah. Misalnya di bidang infrastruktur, termasuk apa dilakukan di Jakarta semasa Ahok memimpin. Kemudian, suara Ahokers bisa kembali ke Jokowi. "Tapi itu tidak sebanding dengan dampak buruknya," pungkasnya. 

Sementara, Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno menegaskan nama Ahok secara resmi tidak termasuk di dalam tim kampanye Jokowi-Ma'ruf di Pilpres 2019. Namun, secara informal, siapapun bebas mengutarakan pendapatnya. [rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita