GELORA.CO - Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah memilih Kyai Haji Ma'ruf Amin sebagai Cawapresnya pada Pilpres 2019 mendatang.
Namun ada 2 fakta yang tak boleh dilupakan kubu Jokowi-Ma'ruf Amin terkait pasangan ini amat mungkin kalah di Pilpres 2019.
Direktur eksekutif Indo Barometer, Khodari, mengungkapkan itu dalam acara di TV One yang diunggah di youtube tvOneNews pada 10 Agustus 2018 lalu.
Khodari mengatakan bahwa Jokowi memilih Ma'ruf Amin untuk menjawab isu SARA yang kerap menerpanya.
Kemudian, Khodari juga menyampaikan bahwa Jokowi selalu harus memilih pasangan yang lebih senior untuk menghindari resistensi dari partai politi (Parpol) pendukungnya.
"Kalau ambil yang muda pasti akan terjadi resistensi dari partai politik, karena mereka melihat wakilnya pak jokowi akan jadi calon kuat untuk pilpres 2024 yang akan datang," kata Khodari.
Hal itulah yang kemudian membuat Jokowi tak memilih Mahfud MD, karena walau usia Mahfud MD sudah 61 tahun, tetapi masih mungkin maju sebagai Capres di tahun politik 2024.
Tapi Jokowi-Ma'ruf Amin tak bisa melupakan fakta bahwa NU adalah organisasi yang sangat besar.
Sehingga di organisasi sebesar NU, sudah amat lazim terjadi perbedaan pandangan, suara, dan pendapat.
Hal itu pula yang akan menentukan dukungan keluarga PBNU kepada Jokowi-Ma'ruf Amin.
"Memang ada yang sering menyebut di NU itu ada NU Struktural dan NU kultural. Diantara 2 kutub ini kadang-kadang tidak selalu sejalan," ujar Khodari.
Khodari menyampaikan bahwa posisi Ma'ruf Amin adalah sebagai representasi NU struktural, sebab memiliki jabatan di PBNU. Sehingga secara struktural Ma'ruf Amin pasti didukung.
"Tetapi jangan sampai menganggap enteng. Karena apa, pelajaran dari pengalaman Pilkada jawa timur. Itu menunjukkan figur yang didukung NU Struktural (Syaifullah Yusuf), justru kalah melawan yang tidak didukung NU struktural. Belum lagi pelajaran pada tahun 2004, ada wakil presiden namanya Hasyim Muzadi, juga mengalami kekalahan," kata Khodari.
Makanya, pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin amat punya peluang kalah karena ada 2 kutub di tubuh PBNU.
Makanya tugas Jokowi dan Ma'ruf Amin saat ini adalah menyatukan 2 kutub NU itu di Pilpres 2019 mendatang.
Sudah Kalah Voting
Menyangkut Jokowi-Ma'ruf Amin bakal kalah di Pilpres 2019 tampaknya harus diwaspadai oleh kubu Jokowi-Ma'ruf Amin.
Apalagi beberapa voting di twitter juga sudah menyatakan hal tersebut.
Setidaknya ada 3 akun twitter dengan jumlah follower banyak yang melakukan voting untuk memilih pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin atau Prabowo Subianto - Sandiaga Uno.
Hasil voting di 3 akun twitter itu menunjukkan bahwa pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin kalah telak melawan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Voting di akun twitter IndonesiaLawyersClub @ILC_tvOnenews diikuti 110.259 pemilih, hasilnya memenangkan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dengan telak terhadap Jokowi-Ma'ruf Amin.
Prabowo Subianto-Sandiaga Uno meraih dipilih 63 persen pemilih, sedangkan Jokowi-Ma'ruf Amin hanya dipilih 26 persen pemilih, dan 11 persen pemilih memilih golput.
Sedangkan voting di akun twitter radio elshinta @RadioElshinta masih terus berjalan dengan jumlah pemilih sampai saat ini sudah sebanyak 27.574 pemilih.
Dari pemilih sebanyak itu, 80 persen memilih Prabowo-Sandiaga Uno, sedangkan yang memilih Jokowi-Ma'ruf Amin hanya 20 persen saja.
Berikutnya akun twitter musisi Iwan Fals @iwanfals juga membuat voting serupa, dan hasilnya memperlihatkan Jokowi-Ma'ruf Amin kalah telah dari Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
@iwanfals menyingkat Jokowi-Ma'ruf Amin menjadi JokMar, sedangkan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menjadi PraSan.
Sampai saat ini voting di @iwanfals sudah diikuti 45.626 pemilih.
Hasilnya PraSan memperoleh 67 persen suara, sedangan JokMar hanya memperoleh 27 persen suara. Sisanya sebanyak 6 persen adalah yang memilih golput. [tribun]