![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxiw52QgfO6_3lpSle_WZt9P49MMqiSK327rrtMZqcNzpQuOwlHIzhW-J4thtf6vY0_gX60b2nu9dmnOnZiiuzCrjUb35kajiN60f0OTfO-S0S6IEqWsF6wovK6ZAQCQQWTXc6nAOULB1U/s640-rw/jokowi-sun-tangan.jpg)
GELORA.CO - Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat, Rachland Nashidik mempertanyakan strategi politik petahana presiden Jokowi yang tak kunjung mengumumkan nama cawapresnya.
Dia pun mensinyalir, Jokowi dan Ketum PDI-P Megawati Soekarnoputri sedang menerapkan politik curang karena sengaja tidak mau mengumumkan sosok pendamping Jokowi pada Pilpres 2019 nanti.
"Ini Jokowi dan Megawati curang. Sampai hari ini mereka tidak mau umumkan siapa Cawapres mereka. Bahkan konon akan diumumkan pada menit terakhir pendaftaran," kata Rachland saat dihubungi, Kamis (26/7/2018).
Menurutnya, taktik politik demikian merusak demokrasi. Karena publik tidak diberi kesempatan untuk menilai kepantasan figur Cawapres tersebut.
Hal ini, lanjutnya, juga taktik yang datang dari kesombongan karena menyuruh Parpol lain membebek saja mengikuti kehendak atau titah Jokowi dan Megawati.
"Demokrat menolak itu. Kami mau hubungan sejajar yang berdasar mutual respect. Kami mau pendapat dan suara kami juga didengar dan jadi bahan pertimbangan. Sebaliknya, kami juga bersedia mengubah posisi apabila diyakinkan," tegas dia.
Untuk itu, kata Rachland, bila Jokowi menghendaki partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bergabung, perlu memberitahu siapa Cawapres yang dipilihnya.
Dengan begitu, kata dia, nantinya Partai Demokrat bisa ikut menilai dan menakar kepantasan sang figur.
"Misalnya, apakah figur itu mampu mengisi kekurangan-kekurangan Jokowi dalam bidang pengelolaan ekonomi dan kesejahteraan rakyat? Atau kapabilitas dalam bidang-bidang lain yang membuat figur itu pantas," tuturnya.[tsc]