GELORA.CO - "Yang diungkap The Guardian ini sudah lama diketahui mereka yang aktif di sosmed. Media lokal tak mampu ungkap ini. Saya sendiri sering menyebut mereka ini Kristen dan Cina radikal," ujar Cipta Panca Laksana (@panca66).
Yang diungkap The Guardian ini sudah lama diketahui mereka yang aktif di sosmed. Media lokal tak mampu ungkap ini. Saya sendiri sering menyebut mereka ini Kristen dan Cina radikal https://t.co/Im2XyoSiJU— Cipta Panca Laksana (@panca66) July 23, 2018
Akun palsu, tampilan profilenya wanita cantik berjilbab padahal yg operasikan dibaliknya bisa jadi laki2 kafir pemakan babi..Indonesia darurat diambil alih oleh orang kaya jahat yg jadi pemodalnya..Arahan HRS, gelorakan semangat umat Islam untuk tempur dimedan maya juga..
— #kritis, cerdas dan lurus (@budiwidagdo2) July 24, 2018
...Ini bukti sahih bahwa yg bermain isu SARA pas pilkada DKI tahun lalu adalah dari kubu sang narapidana berlidah jalang...Demi uang 4 juta/bulan para buzzernya rela memainkan isu SARA untuk menghancurkan Anies dan AHY...Alhamdulillah kebenaran menang dan Ahok kalah... (``,) pic.twitter.com/W6WMFmmwYo— Buruh, jangan takut berserikat...!!! (@iyutVB) July 23, 2018
'I felt disgusted': inside Indonesia's fake Twitter account factories
Media ternama asal Inggris, The Guardian, mengungkap sebuah kerja tim buzzer mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, dalam Pilgub DKI Jakarta tahun lalu.
“Tim Buzzer berkembang menjadi bagian dari sebuah politik, yang membantu memecah belah agama dan ras,” demikian paragraf pertama berita The Guardian yang diterbitkan pada Senin kemarin, 23 Juli 2018.
The Guardian mewawancarai salah satu orang yang tergabung dalam tim buzer Ahok.
Identitas asli narasumber itu tidak diungkapkan dalam berita tersebut. The Guardian hanya menyebut sosok itu dengan nama ‘Alex’.
Kepada The Guardian, Alex mengungkapkan jika ia memiliki tim bernama ‘Pasukan Khusus’ yang beranggotakan sekitar 20 orang. Semua anggota ‘Pasukan Khusus’ ini memiliki sejumlah akun palsu di media sosial.
“Mereka mengatakan kepada kami bahwa Anda harus memiliki lima akun Facebook, lima akun Twitter dan satu Instagram,” katanya kepada Guardian.
“Dan mereka mengatakan kepada kami untuk merahasiakannya. Mereka mengatakan itu adalah ‘waktu perang’ dan kami harus menjaga medan perang dan tidak memberi tahu siapa pun tentang tempat kami bekerja,” sambungnya.
Menurut Alex, semua akun itu harus disertai foto untuk menghindari kesan akun anonim, di antaranya adalah foto-foto perempuan cantik untuk menarik perhatian netizen di dunia maya.
“Mereka tidak ingin akun tersebut menjadi anonim sehingga mereka meminta kami untuk mengambil foto untuk profil tersebut, jadi kami mengambilnya dari Google, atau terkadang kami menggunakan gambar dari teman-teman kami, atau foto dari grup Facebook atau WhatsApp,” kata Alex.
Alex mengatakan, timnya dipekerjakan untuk melawan banjir sentimen anti-Ahok, termasuk hashtag yang mengkritik kandidat oposisi, atau menertawakan sekutu Islam mereka.
Indonesia sendiri merupakan negara yang termasuk dalam lima besar pengguna media sosial Twitter dan Facebook.
Menurut Guardian, tim buzer Pasukan Khusus terdiri dari pendukung Ahok dan mahasiswa yang terpikat dengan bayaran Rp 4 juta atau 280 dolar AS tiap bulannya.
Alex menambahkan, dalam sehari timnya akan membuat 2.400 postingan di Twitter.
Nama ‘Pasukan Khusus’ sendiri diambil dari sebuah grup WhatsApp yang mengendalikan tim Alex. Menurut Alex, grup itu beranggotakan sekitar 80 orang.
The Guardian mengungkapkan, tim buzer Alex bekerja di sebuah rumah di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Para anggota tim ini bekerja dalam beberapa kamar.
“Ruang pertama untuk konten positif, di mana mereka menyebarkan konten positif tentang Ahok. Ruang kedua adalah untuk konten negatif, menyebarkan konten negatif dan pidato kebencian tentang oposisi,” kata Alex.
Kepada Guardian, Alex mengaku lebih memilih untuk mengisi konten-konten positif untuk Ahok.
Sejumlah akun palsu yang dimiliki tim buzer Alex hanya mengikuti pengikut ratusan akun saja. Namun, karena konsistensinya membuat hashtag setiap harinya, maka akun-akun ini visibilitas yang cukup tinggi.
The Guardian menuliskan, fenomena ini sebagai bukti masih tidak konsistennya pihak berwenang dalam memerangi hoax, ujaran kebencian dan fitnah dalam media sosial.
“Ketika Anda sedang berperang, Anda menggunakan apa saja untuk menyerang lawan,” kata Alex.
“Tapi kadang-kadang saya merasa jijik dengan diri saya sendiri,” tambahnya.
Tidak hanya itu, media itu juga menyebut bahwa pemerintah pusat juga menggunakan akun anonim sebagai propaganda pemerintahan Jokowi. Salah satunya adalah akun twitter bernama @IasMardiyah.
Akun @IasMardiyah disebut Alex merupakan salah satu akun buzer pro Ahok dalam Pilgub DKI Jakarta tahun lalu. Akun ini menampilkan avatar seorang wanita muda yang mengenakan jilbab dan kacamata hitam.
Alex menambahkan, ia sendiri tidak mengetahui seberapa efektif timnya bekerja, karena pada akhirnya Ahok tetap menjadi pesakitan dalam Pilgub DKI Jakarta. Tidak hanya itu, Ahok juga dijebloskan ke penjara akibat kasus penistaan agama yang terjadi beberapa bulan sebelum Pilgub DKI Jakarta dilaksanakan.
Sumber:
Terjemahan: