GELORA.CO - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan secara resmi menutup Pertemuan Ilmiah Internasional ke-5 (Al-Multaqa al-Duwaly al-‘Ilmy al-Khamis) yang digelar di Hotel Grand Cempaka, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, sejak Selasa hingga Jumat (3-6/7).
Sebelumnya, kegiatan yang digelar Rabithah Ulama dan Dai Asia Tenggara dan didukung oleh Yayasan Al-Manarah Al-Islamiyah dan Pemprov DKI Jakarta itu dibuka secara resmi oleh Wapres HM Jusuf Kalla.
Kehadiran Anies dalam pertemuan bertema “Wa’tashimu…”, itu merupakan yang ketiga kalinya. Pertama, Anies hadir sekaligus menyampaikan sambutan saat pembukaan pada Selasa (3/7). Kedua, Anies hadir pada malam puncak Multaqa untuk mendengarkan pengalaman-pengalaman para ulama dan dai, Kamis malam (5/7) dan ketiga, Anies menutup Multaqa pada Jumat (6/7).
Sebelum secara resmi ditutup, Sekjen Rabithah Ulama dan Dai Asia Tenggara Dr. H. Jeje Zainuddin membacakan 10 rekomendasi strategis terkait dakwah dan problematika umat Islam sebagai hasil dari pertemuan ini. Kesepuluh rekomendasi itu adalah:
Pertama, menekankan pentingnya rahmat dalam Islam dan hidup berdampingan secara damai dan harmoni antara Muslim dan non-muslim dan bahwa cinta terhadap kebaikan antar sesama merupakan hal yang baik, maka seharusnya tidak menginginkan keburukan untuk dirinya sendiri dan orang lain
Kedua, untuk mencapai persatuan dan kesatuan di antara umat. Perlu berpegang kepada Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman yang komprehensif dan terintegrasi yang sejalan dengan kaidah-kaidah ilmiah dan praktis yang telah disusun oleh para ulama otoritatif dari masa ke masa.
Ketiga, pentingnya membangun kemitraan kerja sama antara lembaga-lembaga dakwah dengan berbagai lembaga-lembaga ilmiah dan pendidikan baik pemerintah atau swasta, dalam rangka mencapai perdamaian, stabilitas, kemajuan, pembangunan dan kemakmuran dalam naungan ridha Allah Swt.
Keempat, meningkatkan peran strategis lembaga-lembaga dakwah dan kontribusinya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Muslim di berbagai bidang dan disiplin ilmu dalam rangka mewujudkan misi “khairu ummah” dan “ummatan wasatha”.
Kelima, memperkuat posisi keluarga sebagai institusi terkecil dan pondasi dasar bangsa dan negara, melalui pendidikan dan pengembangan karakter yang mulia yagn sejalan dengan ajaran Islam yang hanif.
Keenam, mendorong para ulama dan dai untuk melakukan revolusi penyampaian dakwah yang cepat dengan memanfaatkan teknologi informasi (IT) dan media sosial sebagai media untuk menyampaikan dakwah Islam yang berorientasi kepada budaya literasi.
Ketujuh, mengingat Indonesia adalah negara Muslim terbesar dalam hal jumlah penduduk, ia harus memainkan peran utama dalam menciptakan perdamaian dunia melalui dakwah dan pendidikan yang didukung oleh kebijakan pemerintah yang benar
Kedelapan, karena Jakarta sebagai Ibu Kota Negara memiliki berbagai keragaman agama, etnis, sosial, budaya dan lain-lain, maka setiap orang yang bekerja di bidang dakwah Islam harus mengambil metode dan strategi yang dapat membina dan mempertahankan kohesi sosial.
Kesembilan, memperkuat kedudukan kota Jakarta sebagai pusat Peradaban berbasis Dakwah dan Pendidikan Islam di konteks nasional dan internasional.
Kesepuluh, membentuk panitia khusus untuk merealisasikan seluruh keputusan forum multaqa ini dengan melibatkan semua unsur-unsur terkait.
Diikuti 500 Peserta
Multaqa Ulama dan Dai se-Asia Tenggara, Afrika dan Eropa ke-5 ini dihadiri lebih dari 500 peserta. Mereka adalah para ulama, cendekiawan, dai, dan para utusan pimpinan ormas Islam seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persatuan Islam (PERSIS), Wahdah Islamiyah (WI),Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Front Pembela Islam (FPI), Al Irsyad Al Islamiyah, Syarikat Islam, An-Najat al-Islamiyah, PUI, Al Washliyah, Hidayatullah, GP Anshor DKI, dan ormas-ormas lainnya.
Selain dari dalam negeri, seratus ulama dan dai datang sebagai undangan dari negara-negara Asia Tenggara, Afrika dan Eropa. Selain itu sejumlah duta besar negara-negara Islam untuk Indonesia juga nampak hadir.
Terkait tema Multaqa kelima, yakni “Wa’tashimu…”, Ketua Rabithah Ulama dan Asia Tenggara KH M. Zaitun Rasmin menjelaskan tema tersebut mencerminkan tujuan utama dari forum ilmiah ini yakni merumuskan langkah-langkah konkrit dalam mewujudkan kesatuan-persatuan para ulama dan dai dalam berdakwah. Selain itu juga menjauhi perselisihan dan perpecahan umat, serta mengembangkan cara-cara dialog yang saling menghormati dalam menghadapi berbagai isu kontroversi di tengah masyarakat.
Zaitun mengatakan, forum ini telah menjadi agenda tahunan organisasi yang dipimpinnya sejak 2014 lalu. Secara berturut-turut, Multaqa perdana digelar di Depok, Jawa Barat pada 2014, Multaqa kedua di Lembang, Bandung pada 2015 dan selanjutnya, pada 2016 Multaqa dilaksanakan di Sentul, Bogor. Multaqa keempat pada 2017 digelar di Kota Padang, Sumatera Barat.
Selain Wapres RI HM Jusuf Kalla dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, hadir dalam pembukaan Multaqa kelima, Ketua Umum MUI Pusat Prof Dr KH Ma’ruf Amin, Imam Masjidil Haram Syekh Dr Hasan Bukhari, Guru Besar Universitas Ummul Qura’ Mekkah Prof Dr Toha Abidin, Guru Besar UIN Jakarta Prof Dr Said Aqil Husin Al Munawar.
Kemudian, Direktur Pascasarjana UIKA Bogor Prof Dr KH Didin Hafiduddin, Pemimpin Pesantren Darul Rahman KH Sukron Makmun, Ketua PP Muhammadiyah Prof Dr Yunahar Ilyas, Habib Luthfi bin Yahya, mantan Gubernur Jawa Barat Dr H Ahmad Heryawan, dan sederetan nama lainnya.[swa]