GELORA.CO - Nama kepala staf kantor kepresidenan, Moeldoko, masuk dalam spekulasi calon wakil presiden bagi Joko Widodo (Jokowi).
Melalui akun Twitternya pun, Moeldoko mengatakan jika dirinya bersama empat tokoh lain masuk dalam bursa cawapres Jokowi, Jumat (20/7/2018).
Atas spekulasi tersebut, akun @Dr_Moeldoko memberikan tanggapan.
Ia tidak mau ambil pusing untuk urusan cawapres karena ia adalah orang yang setia pada tugas yang kini dijabatnya menjadi kepala staf kantor kepresidenan.
Selain sebagai cawapres, Moeldoko pun mengatakan dirinya tidak memahami apa yang menjadi pertimbangan Jokowi untuk menjadikannya kepala staf.
Berikut ini tweet dari Moeldoko yang dirangkum TribunWow.com.
"Beberapa saat lalu nama saya masuk dalam sigi Lingkaran Survei Indonesia bersama 4 tokoh lain, yaitu Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud Md., Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Kepala Polri Jenderal (Polisi) Tito Karnavian.
Ketika nama saya disebut-sebut akan menjadi pedamping Bapak Presiden @jokowi di Pilpres 2019, saya tidak mau ambil pusing dengan urusan Cawapres.
Bagi saya, prioritas utama saat ini adalah berperan sebagai komunikator politik pemerintah.
Saya orang yang setia pada tugas.
Sangat fokus pada tugas, tidak mau terganggu kanan kiri.
Orang mau spekulasi ya terserah yang mau berspekulasi.
Saya pun tidak memahami pertimbangan Bapak Presiden @jokowi menunjuk saya sebagai Kepala Staf Kepresidenan.
Buat saya yang penting, setelah ditunjuk itu, apa yang bisa saya lakukan.
Itu pertimbangan saya.
Bagaimana @KSPgoid ini bisa memberikan, optimal dukungan.
Tugas @KSPgoid adalah memberi dukungan kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam hal mengelola isu-isu strategis, membangun komunikasi politik, memonitor atau evaluasi proyek-proyek strategis nasional.
Itu yang kita lakukan.
Banyak orang mengatakan saya menjadi bemper Bapak Presiden, ya kita memang harus siap menjadi bemper.
Itu sikap prajurit sejati, setia.
Mengedepankan loyalitas.
Kalau pimpinan saya diganggu, kita siap hadapi apapun." tulis Moeldoko.
Diberitakan dari Kompas.com, Joko Widodo disebut telah mengantongi sejumlah nama yang akan menjadi calon wakil presiden (cawapres) pendampingnya pada Pemilu 2019.
Disebutkan pula bahwa cawapres Jokowi telah mengerucut menjadi 10 nama.
Peneliti dari LSI Denny JA, Ardian Sopa menjelaskan, keputusan memilih cawapres bergantung pada kebutuhan Jokowi sendiri.
"Kalau dilihat dari sekarang tentu akan banyak pertimbangan," jelas Ardian ketika ditemui di kantornya di Jakarta, Selasa (17/7/2018).
Ardian mengungkapkan, apabila Jokowi ingin memperkuat parlemen, maka pilihan cawapres bisa jatuh kepada semisal Airlangga Hartarto, Muhaimin Iskandar, atau Romahurmuziy.
Ketiganya adalah pimpinan partai politik.
Adapun jika Jokowi ingin memperkuat ekonomi, maka nama Sri Mulyani Indrawati atau Susi Pudjiastuti bisa saja menjadi pilihan.
Kemudian, jika Jokowi ingin memperkuat keamanan, maka nama Moeldoko atau Tito Karnavian dapat dipilih.
"Jadi tergantung dengan kepentingan isu dia (Jokowi). Kalau isu Pancasila dinilai kuat, maka bisa saja Pak Mahfud MD, Moeldoko, atau Tito yang dapat porsi lebih," ungkap Ardian.
Ia memandang, sejauh ini belum ada tokoh kandidat cawapres yang dapat mewakili semua kepentingan yang telah disebut.
Akan tetapi, tokoh seperti Airlangga disebut Ardian bisa mewakili dari sisi parlemen maupun ekonomi, namun tidak dari sisi keamanan.[tribun]