GELORA.CO - Politikus Senior dan Dewan Kehormatan PAN Amien Rais kembali tampil di hadapan publik. Kali ini dia lantang menyuarakan tentang status pengelolaan Blok Rokan, Riau.
Amien bersama dengan tokoh lainnya yang menamakan diri Gerakan Rakyat untuk Kedaulatan Blok Rokan (GRKBR) kemarin menggelar seminar nasional bertajuk Menuntut Pengelolaan Blok Rokan oleh BUMN. Acara ini membahas penolakan perpanjangan kontrak pengelolaan Blok Rokan oleh Chevron.
Acara ini sendiri dihadiri oleh, Mantan Mensekneg Syarwan Hamid, Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara, Anggota Komisi VII Kardaya Warnika, Ketua FSPPB Arie Gumilar, hingga beberapa perhimpunan mahasiswa.
Dalam acara itu mereka yang hadir menandatangani petisi yang intinya menolak perpanjangan kontrak pengelolaan Blok Rokan kepada Chevron yang habis pada 2021. Mereka juga ingin agar Pertamina yang maju sebagai pengelolanya.
Usai seminar itu Amien menantang Presiden Joko Widodo dan Menteri ESDM Ignasius Jonan untuk mengembalikan pengelolaan Blok Rokan kepada bangsa sendiri.
1. Amien Tantang Jokowi Rebut Blok Rokan dari Chevron
Masa kontrak pengelolaan Blok Rokan, Riau oleh Chevron akan habis pada 2021. Sudah hampir 30 tahun sejak 1971 perusahaan asal Amerika Serikat (AS) itu mengelola blok migas yang katanya terbesar di Asia Tenggara.
Kini Blok Rokan tengah menjadi bahan perebutan antara Chevron dan Pertamina. Sebagian pihak ingin agar blok migas tersebut bisa dikelola oleh bangsa sendiri.
Politikus Senior dan Dewan Kehormatan PAN Amien Rais pun memantang Presiden Joko Widodo dan Menteri ESDM Igansius Jonan untuk merebut kembali Blok Rokan
"Kalau betul Blok Rokan bisa kembali ke Ibu Pertiwi, ke Pertamina, ini sebuah trobosan luar biasa. Cuma berani enggak Jonan, berani enggak Pak Jokowi? kalau berani ya luar biasa," tuturnya di gedung Nusantara V, MPR RI, Jakarta.
Dia memandang saat ini Indonesia mengalami fenomena korporatisasi yang mengalahkan demokrasi. Artinya kepentingan korporasi melebihi kepentingan orang banyak.
Aksi korporasi asing di Indonesia menurutnya juga didukung oleh pihak pemerintahan. Amien melihat korporatisasi saat ini dilestarikan di Indonesia. Dia menyebut pihak itu sebagai 'Pekok'.
"Manusia yang paling buruk yaitu orang yang pekok tapi ndak tahu bahwa dia pekok. Jadi pasti menjengkelkan betul. Mungkin banyak orang pekok," sindirnya.
2. Isi Petisi yang Ditandatangani Amien Cs
Amien sendiri baru saja menghadiri acara seminar nasional yang digelar oleh perkumpulan bernama Gerakan Rakyat untuk Kedaulatan Blok Rokan (GRKBR). Selain membahas tentang seluk beluk Blok Rokan, acara ini juga diisi dengan penandatangan 'Petisi Rakyat Untuk Blok Rokan'.
"Mudah-mudahan blok-blok lain bahkan termasuk Freeport juga bisa kembali. Jadi ini sebuah aksi politik, aksi kebangsaan, aksi patriotik, aksi pembela bangaa dan rakyat," tambah Amien.
Petisi itu berisi 7 poin yang intinya merebut kembali Blok Rokan dari Chevron, berikut isinya:
1. Memutuskan bahwa kontrak Blok Rokan yang telag dikelola oleh Chevron selama setengah abad tidak akan diperpanjang pasca selesainya kontrak pada 2021
2. Mengembalikan Blok Rokan ke pangkuan Ibu Pertiwi dengan menetapkan konsorsium BUMN dan BUMD sebagai pengelola 100% Blok Rokan sejak 2021, sesuai amanat Pasal 33 UUD 1945
3. Menolak berbagai upaya dan tekanan negara dan perusahaan asing, termasuk tawaran kerjasama ekonomi, banyuak finansial dan komitmen investasi eksploitasi Blok Rokan dalam upaya untuk memperoleh perpanjangan kontrak.
4. Menjamin pemilik sesuai ketentuan saham Blok Rokan oleh BUMD (Pemprov Riau dan Kabupaten terkait) yang pelaksanaannya dikoordinasikan dan dijamin oleh pemerintah pusat bersama Pertamina, tanpa partisipasi atau kerjasama dengan pihak swasta.
5. Membebaskan keputusan kontrak Blok Rokan dari pemburu rente oleh para oknum penguasa dan pengusaha di lingkar kekuasaan, dan upaya untuk memperoleh dukungan politik dan logistik, guna memenangkan Pemilu/Pilpres 2019.
6. Mengikis habis pejabat-pejabat pemerintah yang telah menjadi kaki-tangan asing dengan berbagai cara, antara lain yang dengan sengaja atau tidak sengaja atau secara langsung atau tidak langsunt telah memanipulasi informasi, melakukan kebohongan publik, melecehkan kemampuan SDM, manajemen dan kemampuan finansial Pertamina, serta merendahkan martabat bangsa sendiri.
7. Meminta KPK untuk terlibat aktif mengawasi proses penyelesaian status kontrak Blok Rokan secara menyeluruh, termasuk kontrak-kontrak sumber daya alam lainnya.
3. Pertamina Mengaku Siap Kelola Blok Rokan
Saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Plt Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, pihaknya sangat siap apabila dipercaya mengelola blok migas tersebut.
"Blok Rokan, kita siap (kelola)," kata dia.
Saat ini, Blok Rokan masih dikelola oleh PT Chevron Pacific Indonesia. Kontrak Chevron di sana akan habis pada 2021 mendatang.
Sebagai kontraktor eksisting, Chevron juga sudah mengajukan proposal perpanjangan kontrak ke SKK Migas. Chevron memiliki teknologi baru yang dapat digunakan di Blok Rokan untuk menggenjot cadangan minyak.
Indonesia sendiri memiliki dua lapangan minyak raksasa di Blok Rokan, Riau. Kedua lapangan itu adalah Minas dan Duri. Lapangan Minas yang telah memproduksi minyak hingga 4,5 miliar barel minyak sejak mulai berproduksi pada 1970-an adalah lapangan minyak terbesar di Asia Tenggara.
Pada masa jayanya, produksi minyak Lapangan Minas pernah menembus angka 1 juta barel per hari (bph). Sekarang lapangan tua ini masih bisa menghasilkan minyak sekitar 45.000 bph.
'Saudara' Lapangan Minas, yaitu Lapangan Duri, juga salah satu lapangan minyak terbesar yang pernah ditemukan di kawasan Asia Tenggara. Lapangan ini menghasilkan minyak mentah unik yang dikenal dengan nama Duri Crude.
Blok Rokan yang memiliki luas wilayah 6.264 km2 pada 2016 lalu masih mampu menghasilkan minyak hingga 256.000 bph, hampir sepertiga dari total produksi minyak nasional saat ini. Chevron sudah memegang kontrak Blok Rokan sejak 1971 atau 50 tahun lalu
4. Bola Panas Blok Rokan Ada di Kementerian ESDM
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih mengkaji soal proposal Blok Rokan. Dua operator migas berencana menggarap blok tersebut.
Operator eksisting, PT Chevron Pacific Indonesia kembali tertarik memperpanjang kontraknya pasca 2021. Pertamina tak diam diri, BUMN migas ini juga tertarik menggarap ladang migas di Riau tersebut.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto mengatakan, proposal Chevron dan Pertamina masih diadu untuk memastikan siapa yang terbaik mengelola Blok Rokan ke depan.
"Lagi dievaluasi kan," ujar Djoko kepada detikFinance.
Pihaknya pun belum bisa memastikan kapan waktu pengumuman operator blok migas tersebut. Rencananya, penunjukan operator blok migas terbesar di Indonesia dirilis dalam waktu dekat ini.
"Nanti lah, satu-satu aja dulu sabar," kata Djoko.
Operator Blok Rokan yang baru nantinya diharapkan bisa mempertahankan laju produksi. Produksi Blok Rokan saat ini per harinya di atas 200.000 barel per hari (bph).
"Mempertahankan produksi lah," tutur Djoko. [detik]