GELORA.CO - Aksi saling dorong terjadi antara massa dan polisi di gerbang Bandara Gusti Sjamsir Alam Kotabaru, Jumat (6/7) sore. Pemicunya tak lain adalah kedatangan Yusril Ihza Mahendra, pengacara Sebuku Group, sebuah perusahaan tambang yang kini tengah bersengketa dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).
Massa menolak kedatangan Yusril karena dinilai pro pengusaha tambang. Mereka pun membawa spanduk bertuliskan: Menolak Kedatangan Yusril Ihza Mahendra Si Pembela Tambang Batu Bara SILO Group di Pulau Laut.
Massa mulai memadati bandara sejak sebelum azan Jumat. Sementara dari informasi di lapangan, kepolisian mengerahkan 250 personelnya untuk mengamankan bandara.
Usai salat Jumat, tampak Dandim 1004 Kotabaru Letkol Inf Rony Fitriyanto dan Kapolres AKBP Suhasto memasuki bandara. Sekitar pukul 13.30, pesawat yang membawa Yusril tiba di bandara.
Massa yang berkerumun meminta setiap kaca mobil yang melintas dibuka. Mereka memastikan keberadaan Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) tersebut.
Ketika mendengar pesawat mendarat, massa ramai-ramai berteriak menolak Yusril masuk ke Pulau Laut. Aparat kepolisian pun memasang pagar betis dengan tameng di depan massa.
Setengah jam berlalu, Yusril tak juga nampak. Massa terus berteriak. Barulah sekitar pukul 14.00 terlihat Yusril keluar bandara dengan pengawalan ketat polisi.
Dalam rombongan Yusril, nampak pula manager PT Sebuku Tanjung Coal, salah satu anak perusahaan Sebuku Group, Yohan Gessong. Melihat sosok Yusril, massa kembali berteriak.
Aksi saling dorong pun tak terhindarkan. Terdengar juga teriakan marah warga yang terkena tameng polisi. Yusril lantas meminta mikrofon, dan menawarkan warga untuk dialog terbuka.
Namun, warga meneriakkan kata tidak. "Tidak ada negosiasi. Yusril balik kanan, kami balik kiri," teriak warga, dikutip dari Radar Banjarmasin (Jawa Pos Grup), Sabtu (7/7).
Terdengar berbagai kecaman warga, seperti Yusril sudah menjual Pulau Laut. Peristiwa tersebut berlangsung sekitar 20 menit, hingga tiba-tiba muncul sosok ulama kondang, Arifin Ilham.
Di hadapan massa, Arifin mengatakan, dia datang ke Kalsel untuk mengisi ceramah agama di Masjid Raya Khusnul Khatimah. Berbeda agenda dari Yusril. Kendati begitu, Arifin meminta warga mengizinkan Yusril masuk ke Pulau Laut dan menyelesaikan urusannya.
Namun, permintaan Arifin itupun ditolak massa. Arifin lantas meminta jalan dan melangkah maju. Kapolres, Dandim, serta polisi membuat benteng ketat. Yusril berjalan di belakang Arifin.
Terjadi aksi dorong-dorongan di sana. Namun akhirnya rombongan Yusril dapat masuk ke dalam bus polisi. Mereka kemudian bergerak ke arah kota.
Rupanya, Yusril menuju lapangan basket indoor di depan Makodim 1004 Kotabaru, sekitar dua kilometer dari pusat kota. Tampak beberapa orang berbaju panitia dengan lambang Sebuku Group.
Tampak pula Direktur Utama Sebuku Group Mayjen TNI Purnawirawan Soenarko. Ternyata, Yusril tengah menghadiri acara halalbihalal Sebuku Group dan masyarakat Pulau Laut.
Banyak hal yang disampaikan oleh Yusril dalam agenda tersebut, mulai dari persoalan hukum hingga kondisi pertambangan di Indonesia. Dia pun mencontohkan, sektor pertambangan menjadi sumber pendapatan daerah di Belitung, dan masyarakat tidak pernah demo.
Bekas areal tambang di Belitung pun masih bernilai ekonomi, lantaran dijadikan objek wisata. Selain soal tambang, Yusril juga menyindir janji pemerintah membuka lapangan pekerjaan.
"Jokowi bilang kerja, kerja, kerja. Tapi, mana lapangan pekerjaannya," kata Yusril disambut tepuk tangan.
Usai acara, Yusril yang dikonfirmasi soal peristiwa di bandara sesumbar bahwa massa tidak berani menghadapinya dengan dialog. "Menghadapi demo seperti itu saya biasa. Dulu kalau saya didemo gitu saya bukan mundur, malah saya datangi. Dan saya ajak berdialog dan saya ajak ngomong," katanya
"Tadi pun saya sudah mulai ngomong pakai mik itu. Saya bilang sama yang orasi itu, ayo dong saya juga berdiri di situ, biar saya ngomong juga. Tapi, mereka nggak berani," imbuh Yusril.
Yusril yakin, tidak seluruh warga menolak keberadaan tambang di Kotabaru. "Biasanya yang pro itu silent, dia pasif. Yang kontra biasanya sangat proaktif. Apalagi ada yang mendorong mereka begitu," jelasnya.
Dikonfirmasi terpisah, Direktur Utama Politeknik Kotabaru Ibnu Faozi menyampaikan, ide mengadang Yusril di bandara adalah ide spontan. Faozi yang mengadang Yusril menuturkan, aksi massa itu murni aspirasi warga.
Terkait penolakan dialog, Faozi menegaskan percuma berdialog dengan Yusril, yang jelas-jelas sudah berbeda pandangan soal keberadaan tambang. Kendati begitu, dia menjamin warga tidak akan anarkis, meski Yusril memaksa masuk Pulau Laut.
"Dorong-dorongan itu bentuk kekecewaan saja. Dari dulu, sejak tahun 2000 kami sudah menolak tambang di Pulau Laut. Yang terjadi di bandara hanya bentuk kekecewaan," pungkasnya. [jawapos]