www.gelora.co - Menang tidaknya Joko Widodo sebagai calon incumbent di Pilpres 2019 sangat tergantung pada kepuasan para pemilihnya di Pilpres 2014.
53,15 persen suara yang diraihnya empat tahun lalu harus dipelihara begitu rupa agar tidak lari lalu menggembos.
Apalagi, sementara ini calon kuat lawan tanding Jokowi di Pilpres tahun depan adalah rival lamanya, Prabowo Subianto yang meraup 46,85 persen dari Pilpres 2014. Sentimen kekecewaan para bekas pendukung Jokowi pasti menjadi kejutan menyenangkan bagi Prabowo yang pasti sigap mengambil keuntungan politis darinya.
Maret lalu, suara kekecewaan terhadap pemerintahan Jokowi disuarakan lantang oleh sejumlah aktivis senior yang tergabung dalam wadah Pro Demokrasi atau Prodem. Jumat siang 16 Maret, para aktivis berkumpul dan menyampaikan penyesalan mereka karena pernah mendukung Jokowi sebagai Presiden RI.
Mereka membawa sejumlah spanduk yang berisi kecaman pada pemerintahan Jokowi. Antara lain berisi "Bersihkan NKRI dari Antek-antek Neolib", "Lindungi Buruh Indonesia, Stop Buruh Asing", juga "Trisakti dan Nawacita Omong Kosong".
"Tinggal satu tahun lagi. 2019 kita akan menyongsong presiden baru. Semua janji-janji Jokowi adalah janji-janji palsu," ungkap salah satu aktivis yang beraksi, Agus "Lenon" Edy Santoso.
Ada juga Komunitas Relawan Sadar (Korsa), yang dipimpin Amirullah Hidayat. Kelompok ini mengajak pihak-pihak yang sebelumnya mendukung dan kini kecewa pada Jokowi untuk menggagalkan upaya Jokowi menjadi presiden lagi lewat Pilpres 2019.
"Kondisi negara mengalami kolaps atau hancur di semua bidang. Dapat dilihat dari utang yang telah mencapai Rp 4000 triliun lebih dan tidak punya kemampuan bayar. Menteri Keuangan Sri Mulyani malah mengatakan pemerintah akan menambah utang untuk membayar bunga utang yang jatuh tempo," kata Amirullah, sehari setelah aksi Prodem.
Ketidakpuasan terhadap Jokowi sudah terasa sejak awal pemerintahannya bergulir akibat kebijakan-kebijakan yang kontraproduktif, seperti menaikkan harga bahan bakar minyak di saat harga minyak dunia turun. Jokowi juga sempat dipertanyakan pendukungnya di awal pemerintahan ketika mencalonkan Budi Gunawan sebagai Kapolri yang pada akhirnya batal namun beralih ke kursi Kepala BIN.
Oktober tahun lalu, lembaga survei PolMark pernah merilis data penurunan pemilih Jokowi sebanyak 13,7 persen. Namun, gembosnya pendukung juga terjadi di kubu Prabowo turun sebanyak 6,3 persen. Pendiri Polmark, Eep Saefulloh, kala itu mengatakan bahwa hasil surveinya memberi peringatan kepada dua tokoh itu untuk lebih hati-hati karena ada kemungkinan muncul penantang baru di Pilpres yang akan datang.
Hari ini, akun twitter Kantor Berita Politik RMOL (@rmolco) membuat pertanyaan khusus kepada para pendukung Jokowi di Pilpres 2014, lewat polling twitter yang berdurasi 24 jam.
"Anda yang di Pilpres 2014 memilih Joko Widodo, apakah di Pilpres 2019 akan kembali memilihnya?"
TwitPol tersebut sudah berlangsung 10 jam terakhir dan sampai berita ini dilaporkan sudah mengumpulkan 8,919 votes. Sebanyak 9 persen peserta poling menjawab "ya". Sedangkan 88 persen menjawab "tidak". Sisanya 3 persen menjawab ragu-ragu.
Menarik juga menyimak komentar-komentar followers atas poling tersebut. "Tobat saya dl sy termakan pencitraan sekarang g mau masuk ke lobang yg sama.." tulis @IrfanSkapa.
"Penyesalan terbesar gw sepanjang masa ya milih jokowi 2014 silam" tulis @AriesPirlo.
Jika pembaca, terutama yang dulunya pendukung Jokowi, ingin berpartisipasi dalam poling tersebut, silakan klik link ini dan suarakan pilihan Anda.
[rmol]