
www.gelora.co - Tim pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat nomor urut 4, Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi melaporkan pengunggah video permohonan dukungan makhluk gaib di Pilgub Jabar.
Pengunggah video dukun itu diketahui bernama Mochammad Sa’ban Hanif. Ia merupakan salah satu relawan pendukung pasangan nomor urut 1, Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum.
Laporan tersebut dilayangkan ke Polda Jawa Barat pada Senin (18/6/2018) lalu. Kuasa hukum tim Deddy-Dedi Hotma Agus Sihombing memberikan keterangan atas hal tersebut.
“Video black campaign itu pertama kali diunggah Mochammad Sa’ban Hanif. Berdasarkan data dari akun Facebook-nya, dia seorang anggota relawan Gurka atau Gerakan Untuk Ridwan Kamil,” katanya di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (21/6/2018).
Surat tanda terima laporan pun sudah dipegang tim Deddy-Dedi. Dugaan tindak pidana informasi dan transaksi elektronik disematkan kepada terduga dengan nomor laporan LPB/565/VI/2018/Jabar.
“Pak Endang yang berakting menjadi dukun dalam video itu sudah mengakui kesalahannya. Dalam keterangan kepada kami, beliau mengatakan disuruh oleh salah satu tim paslon di Pilgub Jabar. Kami tidak ingin menuduh, tetapi boleh tafsirkan sendiri. Sebab, ini merupakan serangan politik,” katanya.
Bukan Satu Kampanye Hitam
Sementara itu, Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengakui jika banyak kampanye hitam yang mendera dirinya. Setelah dianalisa, pelaku kampanye haram tersebut berasal dari simpul yang sama.
Isu hoax yang sengaja digulirkan di antaranya busung lapar anak remaja, jembatan mangkrak dan pembangunan masjid.
“Saya bingung, mereka itu warga kota, terdidik dan tahu aturan. Tetapi kenapa selalu menghinakan orang kampung. Abah Endang yang tidak tahu apa-apa diminta jadi dukun. Kemudian, muncul lagi pada aspek pembangunan, katanya jembatan ratusan miliar mangkrak. Saya kok aneh, kapan saya menganggarkan jembatan ratusan miliar,” ucap Dedi Mulyadi.
Meski kampanye hitam itu merugikan dirinya, dia mengaku tetap membukakan pintu maaf bagi pelaku. Dia mengimbau kepada siapapun untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat mencederai demokrasi.
“Saya memaafkan itu secara personal. Kalau saya tahu rumahnya, saya akan datang, silaturahmi,” ujarnya.[psid]