
www.gelora.co – Omongan Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Tsamara Amany, terkait tugas oposisi kini ramai diperbincangkan sejumlah tokoh.
Dilansir TribunWow.com pada Jumat (22/6/2018), Tsamara Amany mengatakan melalui akun Twitternya @TsamaraDKI, jika oposisi harus mampu memberikan kebijakan alternatif.
Awalnya, Tsamara menanggapi pidato Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang merupakan salah satu partai oposisi.
Menurut Tsamara, apa yang disampaikan oleh Prabowo adalah sebuah adu domba.
“Kita butuh oposisi yang kuat di Indonesia dan juga kredibel. Bukan oposisi yang terkesan ingin adu domba seperti ini,”tulis @TsamaraDKI.
Postingan itu lantas ditanggapi oleh seorang netizen @elisa_jkt, yang langsung dijawab oleh Tsamara.
“Jk ada politisi muda, itu sinyal baik.
Baiknya tweeps jgn bully. Tp ‘challenge’ terus spy semakin tajam.
Tp politisi sebaiknya jgn pandang remeh kritik thdp rejim, jgn dikit2 minta solusi dlm kritik.
Yg berkewajiban & pny sumber daya utk ubah kritik jd kebijakan adlh pemerintah,” tulis @elisa_jkt.
“Memang susah jadi politisi yg juga pendukung pemerintah.
Pdhal mah woles aja, kalau jelek ya bilang jelek, kalau bagus ya bilang bagus.
Tsamara pun memberikan reaksi dengan mengucap terima kasih dan mulai membahas tugas oposisi,” lanjut @elisa_jkt.
Kemudian @TsamaraDKI menjawab, “Thanks mba Elisa. Saya suka dichallenge.
Tp mba juga harus bedakan mana hak rakyat mengkritik dan mana tugas oposisi.
Rakyat bayar pajak, mereka minta pemerintah carikan solusi.
Oposisi hadir di parlemen harus mampu kasih kebijakan lain jika dirasa kebijakan pemerintah tak cocok.”
Selain itu, sejumlah tokoh seperti Ismail Al Anshori, Gita Putri Damayana, dan Sudjiwo Tedjo juga buka suara.
1. Gita Putri Damayana – Peneliti dari Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK)
Menurut Gita, tugas oposisi justru berbanding terbalik dari apa yang disampaikan oleh Tsamara.
Gita mengatakan apabila tugas oposisi bukanlah membuat kebijakan alternatif.
Melainkan menekan pemerintah untuk membuat kebijakan baru apabila kebijakan lama tidak berjalan dengan baik.
“Bukan tugas oposisi bikin kebijakan alternatif.
Tapi tugas oposisi menekan Pemerintah untuk ganti kebijakan kalau yang berjalan tidak efektif,” tulis @gitaputrid.
2. Ismail Al Anshori – Mantan staf Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
Ismail Al Anshori mengatakan jika di negara yang demokrasinya sudah maju, pihak oposisi tak hanya mengkritik, tetapi juga menawarkan kebijakan alternatif.
Ia mengatakan jika kebijakan alternatif yang ditawarkan oposisi dinilai lebih baik, maka rakyat akan memilih mereka di pemilihan selanjutnya.
Ismail kemudian membandingkan dengan kondisi oposisi di Indonesia yang menurutnya galak dan seakan-akan paham suatu masalah.
Tetapi setelah mendapatkan kekuasaan justru sama atau bahkan lebih buruk.
“Di negara2 yg demokrasinya udah mapan, oposisi tawarkan kebijakan alternatif.
Dr situ, kalo kebijakan alternatif lbh baik dbanding yg eksisting, rakyat bs memilih pihak oposisi di pemilihan berikutnya.
Ga cuma ngemeng galak, tp pas berkuasa ternyata ga bs kerja,”ujar @thedufresne.
“Kalo di sini, pihak oposisi atw penantang ngemeng galak bgt seakan2 dia yg paling paham & kompeten.
Tp pas berkuasa, eh sama aja ga bs menyelesaikan masalah, bahkan tdk jarang keadaan lebih buruk.
Saat ditanya knp program2 blm direalisasi, bilang lg dikaji/dirumuskan,” lanjutnya.
“Berpikir solusi saat mengkritik itu melatih kita berempati—menempatkan diri di posisi org yg kita kritik.
Jdnya pemikiran kita terasah, dan ga mudah menggampangkan persoalan.
Diskusi jg lbh sehat,” tambah @thedufresne.
Pernyataan ini kemudian mendapat tanggapan dari Gita.
“Iya bener kok. Mohon koreksinya, yang terjadi di Pemilu 2014 ini kan?
Publik memilih oposisi (Jokowi-PDIP) ketimbang Prabowo yang didukung partai pro Pemerintah waktu itu yaitu Golkar dan Demokrat,” komentar @gitaputrid.
Komentar tersebut juga langsung dijwab oleh @thedufresne, “Yes. Sayangnya tren spt itu ga terjadi di Pilkada DKI 2017.”
3. Sudjiwo Tedjo – Budayawan
Sudjiwo Tedjo mempersilahkan orang-orang untuk menentukan pilihannya, kepada siapa mereka akan perpihak, atau justru netral.
“Yg mau berpihak ke salah satu akun di bawah ini monggo.
Yang mau “Netral” sambil senyum2 juga monggo,” ungkapnya dalam akun @sudjiwotedjo.
[tri]