www.gelora.co - Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) mengatakan menghadapi tuduhan terorisme atau radikalisme terhadap agama Islam tidak perlu dihadapi dengan sikap reaktif dan main hakim sendiri. "Kalau perlu kita ajak mereka berdiskusi, kita paparkan fakta dan data-data umat Islam itu bukan teroris," katanya dalam ceramah Kajian Ramadhan UNY 1439 H di Masjid Al-Mujahidin Kampus Universitas Negeri Yogyakarta, Kamis sore (7/6).
Hadir dalam acara itu Rektor UNY Sutrisna Wibawa dan jamaah masjid. HNW menyatakan hal itu menjawab keprihatinan seorang jamaah Muslimah bahwa dari banyak agama di Indonesia, hanya Islam yang sering dituduh teroris. Contohnya, memakai cadar saja sudah diindikasi terorisme.
Bukan hanya cadar, tapi orang berjenggot panjang, meneriakkan Allahu Akbar, dan menyatakan solidaritas terhadap Palestina juga dituduh sebagai tanda terorisme atau radikalisme. “Simbol-simbol itu tidak ada kaitannya dengan terorisme karena bersumber dari nilai Islam,” katanya seraya memaparkan tuduhan itu tidak beralasan.
Cadar misalnya, dituduh terorisme karena ada pelaku teror memakai cadar. Padahal istri seorang anggota polisi di Polda Riau yang korban teror beberapa waktu lalu ternyata juga bercadar. Kemudian soal jenggot panjang adalah Kiai Agus Salim, seorang pejuang dan pendiri bangsa juga berjenggot. “Apakah Agus Salim termasuk teroris, tentu saja tidak,” katanya.
Contoh lainnya soal solidaritas Palestina. Justru Presiden RI Bung Karno yang pertama kali menunjukkan solidaritas terhadap rakyat dan bangsa Palestina. Buktinya BK menolak Israel menjadi peserta KTT Asia Afrika di Bandung, 1955, dengan alasan Israel menjajah Palestina. “Selama Israel menjajah Palestina maka selama itu pula Indonesia tak akan membuka hubungan diplomatik dengan Israel," ujarnya.
Bukan itu saja, Bung Karno juga pernah melarang tim sepakbola Indonesia bertanding dengan kesebelasan Israel dengan alasan yang sama. Bung Karno memegang prinsip lebih baik tidak ikut Piala Dunia daripada bertanding dengan Israel. Jadi tidak alasan menyebut solidaritas terhadap Palestina sebagai tanda radikalisme atau terorisme.
“Kalau mau jujur pelaku teror terbesar di dunia itu bukan karena agama dan bukan pula pengikut agama,” katanya.
Dia menunjuk contoh peristiwa yang terjadi di berbagai tempat dunia ini, seperti dalam Perang Dunia I dan II dimana jutaan orang meninggal dunia, termasuk juga kudeta yang dilakukan oleh komunis. “Teror tidak mendatangkan keuntungan bagi agama apa pun.Kalau mau jujur justru umat Islamlah yang menjadi korban teror terbesar sepanjang sejarah,” ujar HNW dalam ceramahnya yang berjudul 'Menumbuhkan rasa cinta Tanah Air sebagai Implementasi Menjalankan Syariat Islam’.
Oleh karena itu, menurut Hidayat Nur Wahid, tuduhan terhadap Islam sebagai radikalisme atau terorisme perlu dengan diskusi. Artinya, berdialog dengan mereka yang melakukan fitnah terhadap Islam dan umat Islam. Tentunya, dia berharap umat Islam perlu memiliki wawasan yang lebih hebat atau lebih bagus.
“Sehingga kita bisa menjawab dan mengalahkan argumentasi mereka, dan mereka bisa terkoreksi,” katanya.
Dalam menyelesaikan masalah kita perlu mencontoh Rasulullah. Bahwa sikap dasar Rasulullah adalah tidak menghadirkan konflik, tidak menghadirkan permusuhan, tidak membunuh, dan tidak pula melakukan teror, walau Rasulullah sendiri mendapat teror luar biasa.
[replubika]