Felix Siauw: Ngaku Paling Pancasila tapi Beringas, Bisanya Hanya Persekusi

Felix Siauw: Ngaku Paling Pancasila tapi Beringas, Bisanya Hanya Persekusi

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Hari ini, Jumat 1 Juni diperingati sebagai hari lahir Pancasila. Penetapan 1 Juni sebagai hari Lahir Pancasila diputuskan secara resmi oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2016 lalu.

Bersamaan dengan itu, ditetapkan pula 1 Juni sebagai hari libur nasional. Jokowi menilai, Pancasila adalah posisi tertinggi dalam sebuah negara. Sehingga sudah selayaknya 1 Juni ditetapkan sebagai hari lahirnya Pancasila.

Dua tahun berlalu, perdebatan tentang cara-cara pengamalan dan implementasi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari justru semakin ramai dibahas di media sosial.

Terlebih ketika sejumlah kelompok dicap anti Pancasila. Bahkan ormas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dibubarkan karena dianggap anti Pancasila. HTI dinilai menganut ideologi khilafah yang mengancam kedaulatan politik NKRI.

Belakangan, sikap dan tindakan kelompok yang mengaku paling Pancasila justru bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Akibatnya, kelompok ini dituding mempunyai misi tertentu dengan dalih Pancasila.

Fenomena ini menjadi sorotan banyak pihak, tak terkecuali Ustaz Felix Siauw. Lewat akun Instagram pribadinya, Felix Siauw mengaku heran dengan prilaku kelompok yang mengaku paling Pancasila, tapi tindakannya beringas dan bisanya hanya persekusi.

“Sekarang kita lihat, Pancasila ini lagi disandera oleh mereka yang ngakunya paling Pancasila, paling NKRI. Untuk apa? Ya untuk menyudutkan yang mereka nggak suka, dan dalam kasus yang sekarang, yang disudutkan itu Islam dan Muslim,” tulisnya, Kamis (31/5).

“Mereka ini justru yang kita lihat beringas, nggak bisa menerima beda, nggak mau diajak diskusi apalagi musyawarah, bisanya hanya persekusi dan marah-marah, membuat ketegangan, memprovokasi, main hakim sendiri,” tambahnya.

Berikut ini tulisan lengkap Ustaz Felix Siauw yang dikutip dari akun Instagram pribadinya @felixsiauw:

Tafsir Pancasila Zaman Now

Saya rasa pendidikan keberagaman saya cukup lumayan. Saya cina dan istri saya jawa, anak-anak saya papan catur, perempuan putih, lelaki hitam, lelaki putih dan perempuan hitam. Bapak dan Ibu saya Katolik, saya sekeluarga Muslim

Di keluarga lebih besar lagi, Nenek saya Buddha, teman-teman saya Kristen Protestan, ada juga yang atheis, banyak yang agnostik. Saya pernah tinggal di Sumatra dan Jakarta, pulang kampung ke Jawa Tengah, lumayan khatam soal perbedaan

Beragam jelas-jelas akan banyak beda, tapi nggak pernah jadi masalah di keluarga besar saya, kita nggak harus ngaku paling Pancasilais untuk saling memahami perbedaan, saling menghargai pendapat, terlepas beda apapun

Ibu Bapak saya nggak pernah komplain kalau saya merusak persatuan keluarga apalagi negara, mereka nggak pernah nuduh bahwa saya suka mengkafirkan, apalagi membuat ketegangan antarumat beragama

Saya pun malah jadi lebih menghormati dan menyayangi mereka setelah mengenal Islam, sebab Islam itu agama yang keren, bisa mengubah kebencian saya pada orangtua menjadi cinta, agama ini agama kasih sayang

Islam bagi saya justru terbaik dalam urusan toleransi, menjaga kerukunan, mempersatukan. Lha, kita kira Pancasila itu dari mana? Ya dari Islam, sebab Pancasila nggak bakal bisa sempurna diartikan, kalau nggak pake Al-Qur’an

Tapi sekarang kita lihat, Pancasila ini lagi disandera oleh mereka yang ngakunya paling Pancasila, paling NKRI. Untuk apa? Ya untuk menyudutkan yang mereka nggak suka, dan dalam kasus yang sekarang, yang disudutkan itu Islam dan Muslim

Mereka ini justru yang kita lihat beringas, nggak bisa menerima beda, nggak mau diajak diskusi apalagi musyawarah, bisanya hanya persekusi dan marah-marah, membuat ketegangan, memprovokasi, main hakim sendiri

Beda konsep dikit yang lain dituduh radikal, beda fiqih dikit lalu langsung dituduh ISIS dan wahabi, beda amalan dikit langsung dituduh Islam arab. Lha, siapa yang nggak bisa nerima perbedaan kalau gini caranya?

Lebih-lebih yang diharap menanamkan Pancasila, justru nggak peka. Gaji ratusan juta dianggap wajar, sementara rakyat susah. Tenggang rasa, tepa selira, cuma teori, yang penting teriak, saya Pancasila!

Sejarah Hari Lahir Pancasila

Presiden Joko Widodo menetapkan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila pada tahun 2016 lalu. Bersamaan dengan itu ditetapkan pula 1 Juni sebagai hari libur nasional.

Jokowi menilai Pancasila adalah posisi tertinggi dalam sebuah negara. Sehingga sudah selayaknya 1 Juni ditetapkan sebagai Hari Lahirnya Pancasila.

“Ini adalah posisi tertinggi di dalam sebuah negara. Sehingga kita putuskan 1 juni ditetapkan, kemdian diliburkan dan diperingati sebagai hari lahirnya pancasila,” ucap Jokowi kala itu.

Penetapan tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila sempat diperdebatkan di era kepemimpinan Presiden Soeharto. Pasalnya, sikap pemerintah terhadap Pancasila ambigu.

Pada tahun 1970, pemerintah orde baru melalui Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) pernah melarang peringatan 1 Juni sebagai hari lahir Pancasila.

Sejak masa pemerintahan orde baru, sejarah tentang rumusan-rumusan awal Pancasila didasarkan pada penelusuran sejarah oleh Nugroho Notosusanto melalui buku Naskah Proklamasi jang Otentik dan Rumusan Pancasila jang Otentik.

Setelah reformasi 1998, muncul banyak gugatan tentang hari lahir Pancasila yang sebenarnya. Setidaknya ada tiga tanggal yang berkaitan dengan hari lahir Pancasila, yaitu tanggal 1 Juni 1945, tanggal 22 Juni 1945 dan tanggal 18 Agustus 1945.

Dan akhirnya tanggal 1 Juni ditetapkan sebagai hari lahir Pancasila. Karena pada tanggal tersebut kata Pancasila pertama kali diucapkan oleh Bung Karno di sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang saat itu belum diangkat menjadi Presiden. [psid]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita