Difodeaf, aplikasi penerjemah bahasa isyarat buatan mahasiswa Universitas Brawijaya

Difodeaf, aplikasi penerjemah bahasa isyarat buatan mahasiswa Universitas Brawijaya

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer (Filkom) Universitas Brawijaya (UB) Malang menciptakan Dictionary for Deaf (Difodeaf), yakni aplikasi penerjemah bahasa verbal menjadi bahasa isyarat.

Salah seorang mahasiswa anggota tim Difodeaf Filkom UB, Anjas Pramono di Malang, Minggu, mengemukakan dicitakannya aplikasi tersebut berlatar belakang keberadaan kaum difabel di lingkungan sekitar yang perlu mendapat perhatian, dan jumlahnya yang cukup banyak.

"Pada beberapa negara berkembang seperti Malaysia, Indonesia dan India kauf difabel cukup banyak. Kurangnya perhatian masyarakat atas keberadaan para difabel berdampak pada aktivitas mereka yang terisolasi dan masih sangat terbatas," kata Anjas.

Angka difabel tuna rungu dan wicara tergolong banyak di Indonesia. Keterbatasan mereka dalam berkomunikasi menjadi permasalahan yang besar bagi mereka, apalagi masyarakat pada umumnya masih belum dapat menggunakan bahasa isyarat untuk dapat berkomunikasi dengan para difabel tuna rungu.

Difodeaf adalah aplikasi telepon seluler berbasis android yang dapat membantu berkomunikasi antara orang normal dan penderita tuna rungu. Caranya, aplikasi ini akan membantu pengguna untuk mempelajari bahasa isyarat. Difodeaf dilengkapi fitur yang dapat mengubah kata dari bahasa Inggris atau Indonesia menjadi gambar ilustrasi dalam bahasa isyarat.

Lebih tepatnya, kata Anjas, gambar yang ditampilkan dalam bentuk file .gif. Jadi untuk bahasa isyarat yang perlu ada gerakan tangan bisa dipahami. "Aplikasi kami ini tidak hanya menerjemahkan kata saja, tapi juga bisa untuk kalimat," ujarnya.

Dasar yang digunakan dalam penerjemahan pada aplikasi Dofodeaf adalah American Sign Language (ASL), sehingga bahasa isyarat dalam Difodeaf dapat digunakan untuk skala internasional, tidak terbatas untuk lokal atau nasional saja. Aplikasi ini akan terus dikembangkan dengan melakukan penambahan perbendaharaan kata. Selain itu, aplikasi ini ke depannya direncanakan bisa diunduh secara gratis di google play store.

"Harapannya dengan adanya Difodeaf, keterbatasan komunikasi antara penyandang tuna rungu dan wicara dengan masyarakat umum dapat diselesaikan. Selain itu, semoga bisa menggugah masyarakat umum juga bisa lebih aware dengan keberadaan difable di sekitarnya," katanya.

Aplikasi Difodeaf ini juga telah membawa Anjas beserta tim meraih penghargaan dalam ajang kompetisi internasional. Penghargaan berupa silver medal berhasil di dapat dalam ajang kompetisi interansional Crown International Invention, Innovation and Articulation (I-IDEA 2018 CROWN) yang diselenggarakan di Universiti Teknologi MARA, Malaysia pada 26 April 2018.

Selain Anjas Pramono, anggota tim aplikasi Difodeaf ini adalah Jauhar Bariq Rachmadi dan Avisenna Abdillah Alwi.[ant]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita