Alireza Alatas |
www.gelora.co - AKHIR-akhir ini muncul aliran baru yang cenderung memaksakan pendapat dan mendorong orang yang tak sependapatnya harus terpinggirkan.
Jika ditelusur lebih jauh, aliran semacam ini sengaja diciptakan untuk membentuk opini publik. Bahkan bisa dikatakan sebagai langkah untuk mencuci otak masyarakat, untuk menerima seluruh kebijakan pemerintah tanpa verifikasi masyarakat. Rakyat dikondisikan sedemikian rupa hingga tak punya kesempatan sedikit pun untuk mengkritik.
Aliran Papelantol ini menghidupkan cara berpikir hitam putih. Sebagai contoh, bila rakyat protes harga tol dan listrik mahal dan naik tanpa pengawasan, langsung mereka memaki pengkritik dengan kalimat sebagai berikut; "Jalan kaki saja!!!". Kalimat lainnya; "Memangnya punya mbahmu?!!"
Argumen-argumen di atas begitu deras menyerang dunia medsos dan berusaha membentuk opini dengan cara arogan. Tak dapat dipungkiri, argumentasi semacam ini terang- terangan menyerang akal sehat, menolak kewajaran harga dan menolak hak verifikasi warga. Mereka tak punya rasa enggan dan langsung menganjurkan jalan keluar hitam putih seperti "jalan kaki saja" atau "emangnya milik mbahmu."
Inilah ciri khas pemikiran aliran Papelantol. Istilah Papelantol sebenarnya adalah singkatan dari Para Penyembah Jalan Tol. Mereka adalah kelompok yang tiba-tiba muncul menolak gunakan untuk analisa dan verifikasi jalan keluar yang bijak dan ilmiah.
Pola pikir modus semacam ini sebenarnya sudah berlaku di era Dinasti Umayah. Saat itu, Muawiyah mengembangkan pola pikir tertentu dengan maksud supaya ia lebih leluasa bertindak sewenang-wenang terlepas dari penilaian dan kritik rakyat. Di antaranya adalah pola pikir yang kemudian melahirkan aliran Jaber.
Dalam pemikiran Jaber ini diyakini bahwa manusia tidak punya ikhtiar dan semuanya adalah kehendak Allah. Muawiyah melalui pemikiran ini ingin melegalkan segala pelanggaran yang dilakukannya, dan menyimpulkan perilakunya sebagai kehendak Allah yang tak boleh dikritisi.
Berlindung di balik pemikiran Jaber inilah Muawiyah saat itu bisa menipu rakyat. Melalui pemikiran Jaber itu, Dinasti Muawiyah tanpa hadapi kendala dari rakyat menyimpangkan konstitusi yang diatur Rasulullah SAW di Madinah, sebagai pemerintah Islam pertama terideal. Pemikiran Jaber itu pada dasarnya mencuci otak masyarakat, saat itu atas nama sebuah pemikiran dan argumentasi sehingga rezim bisa bertindak sewenang-wenang.
Papelantol senada dengan aliran Jaber. Aliran semacam ini mulai mewabah dan membuka pintu selebar-lebarnya bagi rezim untuk bertindak lebih sewenang-wenang terlepas dari kritik. Semoga kita bukan termasuk beraliran Papelantol yang terkategorikan sebagai kaum tak berakal. Amin.
Alireza Alatas
(Pembela ulama dan NKRI/ aktivis SILABNA - Silaturahmi Anak Bangsa Nusantara).[rmol]