www.gelora.co - SDN 085 Ciumbuleuit Bandung menyita perhatian warganet. Sebab, dalam sebuah unggahan foto yang dibagikan oleh akun Facebook Satyowati Pancasiwi pada Minggu (13/5), memperlihatkan foto Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla ditutup dengan selembar kertas.
Dalam unggahan tersebut disebutkan bahwa siswi-siswi di sekolah negeri itu wajib berjilbab sejak masuk kelas 4 SD. Hingga berita ini dimuat, unggahan tersebut sudah dibagikan sebanyak 725 kali oleh pengguna Facebook.
Menanggapi hal itu, sebuah akun Facebook bernama Sri Sukoati, yang mengaku sebagai Kepala Sekolah SDN 085 Ciiumbuleuit merasa keberatan dan menghubungi Satyowati Pancasiwi melalui akun pribadinya.
Tak berapa lama kemudian, Satyowati memberikan klarifikasinya terkait unggahan miliknya itu pada Kamis (17/5) di akun Facebooknya. Dalam unggahannya itum Satyowati mulanya merasa curiga dengan foto Jokowi dan Jusuf Kalla yang ditutup dengan kertas.
"Jadi penutupan foto Presiden dan Wakil Presiden dalam rangka sterilisasi ruangan untuk mencegah terbantunya murid mendapat jawaban atas soal ujian adalah alasan yang janggal menurut saya," tulisnya.
Kecurigaan Satyowati berlajut saat gambar Garuda Pancasila tidak tergantung di dalam kelas. Padahal menurutnya, pemasangan lambang Garuda Pancasila sifatnya wajib di setiap sekolah.
Selanjutnya, Satyowati memperoleh keterangan dari siswi di SDN 085 Ciumbuleuit Bandung yang mengatakan bahwa setiap siswi wajib berhijab mulai kelas 4 SD.
"Berdasarkan fakta-fakta tersebut, saya membuat unggahan yang isinya berdasarkan opini saya pribadi yang menganggap banyak kejanggalan pada fakta-fakta tersebut. Dengan niat mendapatkan kejelasan tentang fakta tersebut, saya menandai pihak terkait," lanjut Satyowati.
Tak sampai di situ, Satyowati lantas melaporkan kecurigaannya kepada pejabat daerah, kemudian diteruskan ke Kepala Dinas Pendidika Kota Bandung yang langsung menindaklanjuti hal tersebut.
"Selanjutnya setelah melalui itu semua, saya menanti klarifikasi dari pihak yang berwenang tentang 'tuduhan berdasarkan fakta' melalui unggahan tersebut. Dan saya siap untuk membantu mem-viral-kannya apabila sudah ada (klarifikasi)," ujar Satyowati.
Sore harinya, Kepala Sekola SDN 085 Ciumbuleuit Bandung menghubungi Satyowati melalui akun Facebooknya.
"Silakan dicermati, kira-kira apa maksud yang tersirat dari pesan tersebut. Saya akan bagikan foto-foto percakapan kami setelah ini," tulis Satyowati dalam keterangan foto percakapan dengan Kepala Sekolah SDN 085 Ciumbuleuit Bandung.
Sehari setelah unggahan tersebut ditanggapi oleh pihak sekolah, tim dari Kemendikbud mendatangi SDN 085 Ciumbuleuit Bandung.
"Sayang sekali, sampai saat ini jangankan ada pernyataan resmi untuk mengklarifikasi temuan yang saya bagikan, dari pihak-pihak yang berwenang, berdasarkan hasil investigasi tersebut. Unggahan saya terlanjur viral, juga dibagikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Bapak Muhadjir Effendy. Bahkan dibagikan ulang oleh beberapa media online," ungkapnya.
Satyowati menyebut tujuan dirinya mengunggah foto-foto terkait SDN 085 Ciumbuleuit Bandung ialah karena merasa peduli atas bahaya radikalisme yang kian meluas di kalangan masyarakat.
"Saya hanyalah warga masyarakat yang sangat peduli atas bahaya radikalisme yang bibitnya bisa disemai dimana saja, tak terkecuali di institusi pendidikan milik pemerintah dengan cara diantaranya menghilangkan rasa hormat kepada pemerintah yang notabene dikepalai oleh Presiden," tutupnya dalam keterangan unggahan itu.
Namun begitu, hingga berita ini diturunkan, baik Setyowati maupun Sukoati belum memberikan pernyataan resmi. kumparan sudah mencoba menghubungi Satyowati dan Kepala Sekolah SDN 085 Ciumbuleuit Bandung namun belum ada tanggapan lebih lanjut.
[kumparan]