Umar Patek Ungkap Perbedaan Aliran Jamaah Islamiyah dengan Pelaku Bom di Surabaya dan Sidoardjo

Umar Patek Ungkap Perbedaan Aliran Jamaah Islamiyah dengan Pelaku Bom di Surabaya dan Sidoardjo

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Pelaku bom Bom Bali I, Umar Patek mengungkapkan perbedaan aliran Jamaah Islamiyah dengan pelaku bom di Surabaya.

Dilansir TribunWow.com, melalui akun Youtube Najwa Shihab yang diunggah pada 23 Mei 2018 dengan juddul "Bangkit dari Teror: Umar Patek Minta Maaf Kepada Korban Teror Bom".

Dalam segmen 4 itu, Umar Patek live dari Lapas di Porong, Sidoarjo.

Saat acara tersebut, Umar Patek tampak mengenakan pakaian cokelat.

Dikesempatan itu, Najwa Shihab selaku pembawa acara menanyakan tanggapan Umar Patek soal kasus bom yang terjadi di Mako Brimob, Surabaya, dan Riau.

Mendapat pertanyaan itu, Umar Patek lantas mengaku turut berbela sungkawa.

"Saya turut berbelasungkawa, kepada korabn dan keluarga korban, baik yang terjadi di Mako Brimob, Surabaya,dan di kota lainnya," ujarnya.

Setelah itu, Umar Patek menyatakan permintaan maaf kepada publik.

"Saya mohon maaf kepada seluruh kepada korban dan keluarga korban yang trjadi di bom Bali 1 ataupun bom malam natal pada saat itu," ujarnya.

Saat ditanya tanggapan soal bom yang terjadi di Surabaya, Umar Patek mengatakan mengecam perbuatan tersebut.

"Peristiwa yang terjadi belakangan, merupakan perbuatan yang biadab, yang tidak bisa diterima dalam ajaran islam dalam madzhab manapun, karena hal itu melibatkan anak kecil dan perempuan," ujarnya.

Setelah itu, Najwa Shihab menanyakan perbedaan antara Aliran Jamaah Islamiyah (JI) dengan aliran kepercayaan pelaku bom di Surabaya.

"Pelaku yang sekarang yang melakukan aksi teror ini, mereka memahami paham takfiri, kaum takfiri ini merupakan paham yang diusung kaum khawarij dibawa oleh ISIS, di mana mereka mengkafirkan atau memurtadkan orang yang tidak sejalan dengan mereka, karena itu, siapapun yang bertentangan dengan mereka boleh di bunuh, nah, ini bertentangan dengan apa yang kami anut di jamaah islamiyah pada saat itu, " ujarnya.

Saat ditanya soal perekrutarn, Umar Patek mengaku tidak melakukan karena dia merasa tidak pandai untuk merekruit.

Kemudian, Najwa menanyakan soal proses perubahan Umar Patek.

"Saya bisa berubah karena keluarga, karena mereka selalu memperhatikan saya, meski mereka menentang pemikiran saya, namun mereka tetap peduli dengan saya, ketika saya dipindahkan ke lapas porong ini, saya justru mendapatkan perhatian dari petugas,kita begitu dekat, apapun keluh kesah saya, mereka tanggapi dengan baik," ujarnya.

Umar patek lantas menceritakan kemauannya mengikuti upacara bendera dan menjadi petugas peingibar bendera,

"Pada tahun 2014 itu, saya akhirnya mau mengikuti upacara, setelah itu, saya sampaikan ke petugas lapas kalau saya ingin menjadi petugas pengibar bendera," ujar Umar Patek.

Saat ditanya, masihkah ada hubungan dengan Jamaah Islamiyah, Umar Patek mengaku sudah tidak berhubungan lagi.

Kemudian, Umar Patek menyarankan agar napi Teroris didekatkan dengan keluarga.

"Jika keluarga mendukung pemikiran teroris, maka lapas napiter itu harus dijauhkan dari keluarga, tetapi jika keluarga tidak mendukung pemikiran napiter itu, maka harus didekatkan, karena keluarga pemegagang peran penting seorang napi teroris menjadi tidak radikal," ujar Umar Patek

Mendengar hal itu, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Suhardi Alius tampak berkaca-kaca.

Setelah itu, ia tampak menjelaskan tugas BNPT.

Menurutnya, program tersebut untuk mantan narapidana dan keluarga narapidana.

Suhardi Alius tampak melihat kemauan Umar Patek yang jauh lebih baik.

"Secara humanis, saya melihat Umar patek mau berubah, ada sisi humanis yang bisa kita akses, sekeras apapun mereka bisa diubah," ujarnya.

Diketahui, Umar Patek adalah pelaku Bom Bali 1 yang menewaskan sedikitnya 202 orang tewas.

Atas perbuatannya itu, ia menjalani vonis 20 tahun penjara.[tn]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita