Tokoh Reformasi Gagap Membangun Sistem, Cuma Sebatas Menjatuhkan Rezim

Tokoh Reformasi Gagap Membangun Sistem, Cuma Sebatas Menjatuhkan Rezim

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Pengamat Geo Politik Internasional, Hedradjit menilai Indonesia belum bisa dikatakan merdeka meski telah memasuki usia 20 tahun reformasi.

Menurutnya, salah satu alasan kuat kegagalan agenda reformasi karena ketidaksiapan para tokoh reformasi terhadap sistem negara yang ingin dibangun. 

Sebab dalam faktanya agenda reformasi hanya sebatas menjatuhkan rezim orde baru, namun untuk membangun sistem yang tertera dalam UUD1945 tidak terwujud.

"Kita fokus hanya kepada menjatuhkan Soeharto saja, tapi tidak siap dengan skema dan strategi bangunan sistem negara selanjutnya," ujar Hedradjit dalam diskusi bertema 'Menggugat 20 Tahun Reformasi-Daulat Rakyat Dapat Apa?' di Rumah Kedaulatan Rakyat, Guntur 49, Setia Budi, Jakarta, Minggu (20/5).

Hendrajit menambahkan hal inilah yang kemudian memperparah keadaan. Ketidaksiapan tersebut justru jadi peluang besar bagi bangsa asing untuk menyusupi sistem penjajahan baru di Indonesia.

"Era 90'an sendiri adalah titik kulminasi dari skenario tahun 1944 yaitu hasil dari pertemuan Bretoon Woods yang merupakan agenda pengganti penjajahan klasik bangsa asing. Ketika Soeharto jatuh, ironi dan tragedinya kita ini jadi ladang atau medan yang begitu mudah dirasuki oleh skenario global tadi," ujarnya.

Hal mudah untuk mengetahui bahwa negara kita telah berhasil dirasuki oleh skenario penjajahan model baru tersebut adalah berkembangbiaknya paham liberalis dan globalisasi di negara ini.

Ia juga menilai bahwa impilkasi atau dampak dari liberalisasi dan globalisasi yang paling mudah kita temui sendiri yaitu sistem politik yang koruptif di semua tingkatan.

"Implikasinya jelas yaitu pelemahan di sistem kenegaraan bukan pemerintah lagi, melainkan kenegaraan di mana sistem politik yang koruptif ada di semua tingkatan, jadi bukan soal moral pribadi saja," ujarnya. [rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita