Rizal Ramli Ungkap Alasan Ia 'Disingkirkan' dari Kabinet Kerja

Rizal Ramli Ungkap Alasan Ia 'Disingkirkan' dari Kabinet Kerja

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Mantan Menko Kemaritiman Rizal Ramli mengungkapkan alasan ia 'disingkirkan' dari Kabinet Kerja pada acara Jaya Suprana Show.

Menurutnya, ada pihak-pihak yang tak suka ia berada dalam Kabinet Kerja karena jurus kepretnya.

Jurus kepret sendiri adalah frasa yang dibuat Rizal Ramli untuk mengingatkan para pejabat negara untuk tidak korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Lebih lanjut, Rizal menyebut, karena jurus kepretnya inilah beberapa pihak menjadi tidak leluasa untuk melakukan KKN.

Pihak-pihak yang punya kepentingan pribadi maupun kelompok inilah yang diduga tak menyukai keberadaan Rizal Ramli di dalam Kabinet Kerja.

Selain itu, Rizal menyebutkan beberapa mega proyek negara yang disinyalir terlalu dipaksakan hingga membuat negara merugi.

Sebut saja mega proyek pembangkit listrik 35 ribu megawatt yang diwacanakan Presiden Joko Widodo sejak awal masa kepemimpinannya pada 2014 lalu.

Pada Oktober 2017 lalu, Menko Perekonomian Darmin Nasution menyebut bahwa listrik dari mega proyek ini terancam sia-sia karena asupan listrik yang dihasilkan proyek tersebut akan jauh melebihi permintaan listrik yang ada saat ini.

“Memang listrik itu jangan sampai lebih. Kalau lebih, enggak dipakai tetapi tetap (PLN) harus bayar kepada investor (pembangkit listriknya),” ujarnya di Jakarta, Senin (16/10/2017), dilansir Tribun Wow dari Kompas.com.

Melihat hal ini, Rizal Ramli menyebut bahwa ia sudah bisa memprediksi bahwa mega proyek ini tak akan berjalan mulus.

"Tikus yang main di proyek listrik, mau maksain 35 ribu watt, kan saya kepret.

Waktu itu saya dibantah-bantah, sekarang kan terbukti," ujarnya kepada Jaya Suprana.

Selain itu, ia juga menyebut proyek BUMN lainnya, yakni proyek pembelian pesawat Garuda Indonesia long route Airbus A350.

Rizal menyebut bahwa ia telah mengingatkan bahwa proyek ini bisa membuat Garuda Indonesia merugi.

"Hati-hati, nanti Garuda rugi, betul.

Tahun 2016, rugi 2,4 triliun, kemudian tahun 2017 rugi 3,2 triliun," tambahnya.

Menurutnya, Garuda Indonesia seharusnya lebih fokus pada penerbangan domestik dan wilayah Asia saja.

"Seharusnya Garuda lebih fokus pada domestik dan Asia, karena Garuda pasti bisa ngalahin Japan Airlines, lebih efisien, kualitas servisnya sama bagus.

Garuda pasti bisa mengalahkan Qantas Airlines, bisa mengalahkan New Zealand, bisa mengalahkan Malaysia, kita kuasai dulu pasar regional,"

Pada akhirnya, pembelian pesawat Airbus A350 ini dibatalkan dan diganti dengan pembelian pesawat regional Airbus Neo.

Hal ini pun juga sudah pernah ditepis pihak PT Garuda Indonesia Tbk pada tahun 2017 lalu.

Waktu itu, Dirut Garuda Indonesia Pahala Nugraha Mansury menyebut bahwa belum ada rencana pengadaan Airbus A350, dilansir Tribun Wow dari Kompas.com.

"Yang ada adalah rencana penambahan pesawat dari Airbus untuk Citilink, tapi pengadaannya lewat Garuda. Yang wide body tidak ada, pertimbangannya kami masih ingin mengoptimalisasi pesawat yang ada," ujarnya Kepada Kompas.com Rabu (14/6/2017).

Rizal Ramli menyebut, ia sudah mewanti-wanti hal ini sejak 2,5 tahun yang lalu.

"Ibu menterinya juga mengatakan kepada Garuda untuk fokus pada domestik dan regional, yang merugi batalkan.

Lho ini nasehat Rizal Ramli 2,5 tahun yang lalu, antisipasi Rizal Ramli 2,5 tahun yang lalu.

Baru sekarang diucapkan kata-kata yang sama, nasehat yang sama oleh yang berkuasa," lanjutnya.

"Jadi artinya, kalau anda melakukan kepret itu, ada pihak-pihak yang memang tidak ingin dikepret?" tanya Jaya Suprana.

"Yes," Rizal Ramli menjawabnya dengan tegas.

Simak videonya di bawah ini!


[tn]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita