PKB Anggap Terima Kasih Jokowi ke SBY Bak Dua Sisi Mata Uang

PKB Anggap Terima Kasih Jokowi ke SBY Bak Dua Sisi Mata Uang

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - PKB menganggap ucapan terima kasih dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat peresmian Bandara Kertajati, Majalengka, bisa bermakna ganda. Ucapan itu dinilai sebagai etika menghargai pendahulunya dan sisi lainnya bermakna satire.

"Itu bisa menjadi kalimat bermakna dua sisi dalam satu mata koin, satu sisi menjadi etika bahwa presiden Jokowi menghargai dan melanjutkan apa yang sudah dicanangkan oleh pendahulunya," kata Wasekjen PKB Daniel Johan kepada detikcom, Jumat (25/5/2018) malam.

Daniel menyebut ucapan itu bisa saja dilihat sebagai bentuk sindiran sebab menyinggung satu dekade. Meski begitu, Daniel meminta agar ucapan terima kasih dari Jokowi ke SBY itu dinilai dari sisi yang positif.

"Tapi sisi yang lain bisa saja seperti sindiran, dicanangkan kok sepuluh tahun nggak selesai-selesai, jadi tergantung cara kita melihatnya, kalau saya ambil saja sisi yang baik. Ini hanya masalah fokus masing-masing pemerintahan, setiap pemeritah punya prestasi masing-masing," ucap Daniel.

Daniel memahami membangun bandara tidaklah mudah. Dia menyatakan renovasi sebuah bandara bisa dikerjakan lebih cepat dibanding membangun dari awal.

"Tapi membangun bandara baru memang bukan hal yang cepat, terutama urusan lahan. Seperti di Singkawang yang sudah dianggarkan tapi belum dibangun-bangun, itu karena urusan lahannya belum selesai-selesai. Kecuali renovasi mungkin jauh lebih cepat," ujarnya.

Dihubungi terpisah, anggota Dewan Syuro PKB Maman Imanulhaq menyebut ucapan Jokowi itu tulus kepada SBY. Soal saling kritik itu adalah hal biasa dalam demokrasi.

"Ini bagian tradisi politik yang positif. Bahwa tidak ada satupun pemerintahan kecuali harus menyempurnakan yang belum diselesaikan pemerintahan sebelumnya," terangnya. 

"Begitu pula kritik SBY di Akun twitternya menurut saya sangat positif dan konstruktif. Keduanya adalah pemimpin dan negarawan. Budaya kritik yang konstruktif dan husnudzon adalan fondasi bagi politik yang sehat dan maju," papar Maman.[dtk]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita