Menangis, Ketua Komisi Antikorupsi Beberkan Tekanan Selidiki 1MDB

Menangis, Ketua Komisi Antikorupsi Beberkan Tekanan Selidiki 1MDB

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Banyak hambatan yang dihadapi Komisi Antikorupsi Malaysia (MACC) saat menyelidiki skandal mega korupsi 1Malaysia Development Berhad (1MDB) saat era mantan Perdana Menteri (PM) Najib Razak. Ancaman pembunuhan, surat kaleng hingga ancaman pemecatan menghujani pejabat MACC.

Hambatan dan tantangan itu dibeberkan Ketua MACC, Mohd Shukri Abdull, dalam konferensi pers Selasa (22/5) ini saat Najib dipanggil untuk ditanyai. Untuk pertama kali, Shukri mengungkapkan kepada publik soal apa yang terjadi di balik layar semasa penyelidikan 1MDB saat Najib masih berkuasa.

Seperti dilansir media Malaysia, The Star dan Malay Mail, Selasa (22/5/2018), Shukri sebelumnya menjabat sebagai Wakil Ketua MACC saat penyelidikan 1MDB dimulai di bawah era Najib. Dituturkan Shukri, hambatan mulai muncul saat Ketua MACC saat itu, Abu Kassim Mohamed, memutuskan untuk mendakwa Najib yang masih menjabat, terkait aliran dana 2,6 miliar ringgit dari SRC International, anak perusahaan 1MDB, ke rekening Najib.

Diungkapkan Shukri bahwa MACC saat itu, sekitar tahun 2015, telah mendapat dasar yang kuat untuk menyelidiki aliran dana dari SRC International ke Najib. Menurut Shukri, Ketua MACC saat itu bertanya apakah dirinya siap menghadapi konsekuensi dalam mendakwa PM yang masih menjabat.

"Saya bilang 'tidak masalah', karena saya bersedia melakukannya untuk negara," ucap Shurki menuturkan perkataannya saat itu.

Namun pada Juli 2015, saat Ketua MACC akan mendakwa Najib secara resmi, tiba-tiba Jaksa Agung Saat itu, Gani Partail, yang merupakan anggota tim penyelidik 1MDB, dicopot. Dia diganti Mohamed Apandi Ali yang akhirnya 'membersihkan' Najib dari skandal 1MDB dan menghentikan penyelidikan MACC.

Pencopotan ini diikuti oleh reshuffle kabinet pemerintahan Najib. Wakil PM Muhyiddin Yassin dan Menteri Pembangunan Desa dan Daerah, Mohd Shafie Apdal, juga dicopot setelah mereka berani mengangkat isu 1MDB ke pemerintahan Najib. Dengan berbagai pencopotan ini, Shukri terbang ke Washington DC, Amerika Serikat (AS) pada 31 Juli 2015, untuk membahas penyelidikan 1MDB dengan otoritas AS.

Khawatir soal keselamatan dirinya, Shukri mengaku sempat menyebar informasi palsu soal dirinya terbang ke Arab Saudi. Saat itu, Shukri mengaku dirinya juga mendengar bahwa dia akan ditangkap. "Saya memberitahu semua orang bahwa saya akan pergi ke Arab Saudi, jadi orang-orang Najib menunggu saya di Bandara Jeddah," sebutnya.

Sebelum terbang ke AS, Shukri menyebut dirinya menghadapi banyak tekanan. "Saksi mata yang saya tanyai telah diambil. Saya diancam akan dipecat, diminta pensiun dini dan bahkan diancam akan dikirim ke divisi pelatihan," tuturnya.

Situasi berubah menjadi drama saat Shukri tiba di Washington DC. Dia mengaku merasa dikuntit oleh agen Malaysia. Merasa tidak aman di Washington DC, Shukri memutuskan pergi ke New York. Di New York, Shukri bertemu temannya yang bekerja di Kepolisian New York atau NYPD dan mengungkapkan kecurigaannya. "Saya mendapat perlindungan dari NYPD dan mereka memberikan tiga pengawal untuk saya," ujarnya.

Beberapa saat kemudian, saat dia kembali terbang ke AS karena merasa tidak aman di Malaysia, Shukri mendapat kabar bahwa anak buahnya di MACC ditahan dan dua orang antaranya dimutasi. Pada momen ini, Shukri tak kuasa menahan air mata di depan media.

"Rasa bersalah menyelimuti saya dan saya mulai menangis karena saya telah kabur ke Washington sementara anak buah saya ditahan dan dimutasi di Malaysia. Saya merasa tak berdaya dan frustrasi karena gagal melindungi anak buah saya," ucap Shukri.

Saat itu, Shukri sempat mengirim pesan ke sejumlah menteri, termasuk dua pejabat Departemen PM Malaysia, Shahidan Kassim dan Paul Low. Shukri meminta agar anak buahnya dibebaskan, atau dia akan menggunakan wewenangnya di MACC untuk menangkap pejabat yang memberi perintah penahanan dan mutasi atas tuduhan penyalahgunaan kekuasaan, terhadap anak buahnya di MACC.

"Mereka membalas dengan memberitahu saya untuk tenang dan bahwa mereka yang ditahan akan dibebaskan dan mereka yang dimutasi akan dikembalikan (ke pos awal)," ujarnya. Menurut Shukri, hanya ada tiga menteri yang membela dirinya saat itu. Tiga menteri itu akhirnya di-reshuffle.

"Saya jelaskan ke semua menteri saat itu meskipun saya menghadapi ancaman-ancaman, bahwa skandal 42 juta ringgit dengan SRC dan (aliran dana) 2,6 miliar ringgit adalah benar. Itu tidak direkayasa. Saya minta mereka untuk melengserkan Najib, menggantinya dengan menteri-menteri seperti Zahid atau Hishamuddin," tutur Shukri seperti dilansir media Malaysia lainnya, Free Malaysia Today.

"Saya beritahu mereka bahwa ini sangat besar. Ini terlalu besar untuk ditutupi. Kami bekerja sangat keras untuk mengungkap ini semua. Bahkan AS sudah siap mengembalikan uangnya (1MDB)," imbuhnya. "Tapi, satu orang yang disebut 'Cash King' mengatakan dia akan menangkap saya jika saya terus mempertahankan posisi saya dan saya difitnah dengan tudingan membantu konspirasi melawan pemerintahan saat itu," ungkap Shukri.

Sekembalinya ke Malaysia, Shukri memutuskan untuk pensiun dari MACC. Dia mengaku tak ingin bekerja di bawah Dzulkifli Ahmad yang ditunjuk menjadi Ketua MACC yang baru. "Saya tidak ingin bekerja untuknya (Dzulkifli), karena saya menganggap dia sebagai pengkhianat bangsa," sebutnya.

Shukri akhirnya pensiun dari jabatannya di MACC pada Agustus 2016, pada usia 56 tahun, setelah 32 tahun mengabdi. Abu Kassim Mohamed yang merupakan bos Shukri, atau Ketua MACC, juga mengakhiri masa jabatannya pada Agustus 2016, dua tahun lebih cepat dari jadwal. Pekan lalu, Dzulkifli Ahmad yang ditunjuk oleh Najib, telah mengundurkan diri. Kemudian oleh PM Mahathir Mohamad, Shukri ditunjuk menjabat Ketua MACC yang baru. [dtk]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita