Maruarar: Gusdur dan Megawati Relevan Jadi Inspirasi Anak Muda Kekinian

Maruarar: Gusdur dan Megawati Relevan Jadi Inspirasi Anak Muda Kekinian

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Ketua DPP Taruna Merah Putih (TMP) Maruarar Sirait mengajak seluruh masyarakat untuk menolak takut melawan terorisme dan radikalisme. Menurutnya, TMP belajar dari GP Ansor yang sejak  dulu konsisten menjaga atau benteng Pancasila sejati.

Anggota Komisi XI DPR itu menyebut, Indonesia adalah tamansari peradaban yang didalamnya tumbuh aneka ragam, budaya agama dan suku. Hal itu adalah anugerah tuhan yang luar biasa

“Menjaga anugerah itu tentunya dilakukan dengan sungguh-sunguh dengan aksi nyata dan bukan retorika. Menjaga keberagaman dan kebhinekaan harus dari hati bukan dari  pidato dan slogan-slogan yang ada,” ujar Maruarar dalam sambutannya di acara Gebyar Sholawat dan Tabligh Akbar GP Ansor Subang dan Taruna Merah Putih (TMP) Bertema "Islam Nuasantara" di Masjid Besar Al- Muhlisin Desa Pamanukan, Kecamatan Pamanukan, Subang, Jawa Barat, Selasa (8/5/2018) malam. 

Tabligh Akbar itu yang diselenggarakan oleh TMP dan Ansor itu dihadiri oleh ribuan Jemaah dari Pantau Utara Subang, Jawa Barat. Turut hadir dalam kegiatan itu Ketua PBNU KH Said Aqil Siroj, Plt Bupati Subang, Para Kiyai sepuh NU Jawa Barat dan Subang, Kader Taruna Merah Putih (TMP) dan Kader GP Ansor serta lainnya.

Dikatakan Ara sapaan Maruarar, GP Ansor berdiri sejak 23 April 1934 dan merupakan salah satu pilar dan bukan semata-mata bagi NU melainkan juga bagi negara ini. Ansor, kata Ara, yang menjalani resolusi jihad untuk berjuang mempertahankan Indonesia yang baru merdeka.

Pada saat ini, kata Ara, saat ibu pertiwi membutuhkan panggilan pendekar-pendekar tangguh untuk Pancasila, peranan GP ansor kembali dirasakan. GP Ansor berdiri paling depan melawan rongrongan yang mau mengganti Pancasila dan melakukan anarkisme dan menakut-nakuti.

“Ansor senantiasa hadir menjaga Indonesia dari ideologi itu. Kegiatan tabligh akbar ini merupakan gotong royong antara Ansor dan TMP untuk menjaga Indonesia. Tentu tidak semua senang Anso dan TMP bersatu, kita harus tetap menjaga persatuan, kaum nadiyin dan nasionalis,” katanya.

Dulu Bung Karno bersama KH Hasyim Ashari dan KH  Wahid Hasyim bahu-mebahu menjaga NKRI. Mereka adalah pejuang dan ulama dan warisan harus kita jaga bersama.

“Kita bersyukur hari ini telah lahir Gusdur baru yaitu KH Aqil Siroj. KH Said Aqil bukan hanya ketua umum PBNU, bukan hanya tokoh tokoh Islam tetapi kebanggaan kita dan diakui oleh dunia,” katanya.

KH Said Aqil  dan Presiden Jokowi, sambung Ara, adalah masuk 50 besar tokoh muslim berpengaruh di dunia Islam.  Sehingga sangat salah besar jika mau membenturkan Jokowi dengan umat Islam.

“Dalam diri Jokowi menyatu diri nasionalisme yang kuat dan juga seorang muslim yang mengakar dan diakui dunia,” katanya.

Sama halnya dengan Mantan Presiden Gusdur. Menurut Ara, Gusdur telah membuktikan kecintaan dan berhasil menegakkan hubungan yang sangat erat antara Islam, Budaya dan Ke-Indonesiaan.

Gagasan besar Gusdur sejak tahun 1980 dan keberaniannya memperjuangkan demokrasi bersama Ketua PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri pada zaman orde baru patut menjadi teladan bagi anak-anak muda  di zaman kekinian. Menurut Ara, dua tokoh bangsa itu masih relevan menginsipirasi generasi sekarang ini.

“Saya mendoakan agar KH Said  Aqil Siroj selaku Ketua Umum PBNU diberikan kesehatan. NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia. Negara Indonesia masih membutuhkan tenaga dan pemikiran KH Said Aqil baik saat ini maupun di waktu yang akan datang,” tandasnya [tsc]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita