www.gelora.co - Daftar 200 nama Dai (penceramah) yang dirilis Kementerian Agama (Kemenag) terus memicu polemik. Terbaru, Habib Novel Bamukmin ikut angkat bicara.
Juru Bicara Persaudaraan Alumni (PA) 212 itu balik menyuruh Mentari Agama Lukman Hakim Saifuddin berkaca sebelum mengeluarkan daftar 200 Mubalig tepercaya untuk memberikan dakwah.
Novel juga menyuruh Lukman memperbaiki diri lebih dulu sebelum mengurusi soal keagamaan.
“Kemenag dalam pengkotak-ngotakan mubalig justru tidak dapat simpati umat. Yang kami tahu menterinya saja tidak mendapatkan simpati dari umat,” kata Novel kepada JPNN.com, Minggu (20/5/2018).
Menurut Novel, daftar 200 mubalig versi Kemenag itu bisa membuat ketidakpercayaan umat kepada pemerintah.
Terlebih, kata dia, mayoritas ulama yang diakomodasi Kemenag adalah mubalig yang isi dakwahnya memecah belah bangsa.
Ia pun merasa iba dengan ulama di luar 200 nama tersebut, yang disebutnya lebih istiqomah mengayomi umat.
“Dan lagi-lagi kami menyaksikan ulah Kemenag yang dipimpinya gagal paham. Ini sangat kental aroma diskriminasi politiknya,” tegasnya.
Sebelumnya, Koordinator Investigasi Center for Budget Analysis (CBA) Jajang Nurjaman menilai penentuan Dai layak oleh Kemenag itu hanya berdasarkan selera satu orang, yakni Sekjen Kemenag Nur Syam.
Menurut Jajang, hal yang sama juga terjadi dalam penentuan pemenang proyek pemeliharaan gedung Kementerian Agama.
“Di mana setiap tahun proyek pemeliharaan gedung atau cleaning service selalu dimenangkan oleh PT Aldira Mitra Sejati,” kata Jajang melalui pesan elektronik kepada redaksi, Minggu (20/5/2018).
Jajang menambahkan, PT Aldira Mitra Sejati sangat beruntung sama halnya dengan 200 penceramah yang kebetulan masuk list Kemenag.
Sebab, Aldira Mitra Sejati beruntung karena menjadi langganan proyek cleaning service.
“200 penceramah yang masuk list juga dapat untung karena secara tidak langsung dipromosikan oleh Sekjen Kemenag,” jelasnya.
Dalam proyek pemeliharaan gedung atau cleaning service gedung Kemenag itu, jika diakumulasikan selama 3 tahun dari 2016 sampai 2018 mencapai Rp 17 miliar.
Adapun Aldira Mitra Sejati beralamat di Jalan Matraman 30E, Menteng Square AR15, Jakarta Pusat.
Jajang membeberkan, dalam penentuan pemenangan PT Aldira Mitra Sejati itu, ada ratusan perusahaan yang digugurkan Sekjen Kemenag dalam proses lelang.
Dari sekian perusahaan, sebutnya, ada sejumlah perusahan yang menurutnya layak dan menawarkan harga lebih efisien.
“Namun nasibnya sama dengan ratusan ribu penceramah yang sebenarnya juga layak masuk list, namun diabaikan,” tegasnya.
Karena arogansi Sekjen Kemenag yang selalu menunjuk Aldira Mitra, kata Jajang, menimbulkan potensi kerugian negara sebesar Rp723 juta.
Nilai proyek yang diajukan Aldira Mitra Sejati, kata dia, kelewat mahal jika dibandingkan penawar lainnya.
Di tahun 2018, misalnya, harga yang diajukan Aldira Mitra Sejati sebesar Rp6,7 miliar padahal PT. Mitracom Solusindo memberikan penawaran Rp6,6 miliar.
Karena itu, ia pun menyarankan agar lebih baik fokus membuat kurikulum isi ceramah terkait mana yang boleh disampaikan kepada publik dan mana yang tidak boleh.
“Bukan sibuk ngurusin daftar penceramah yang hanya menimbulkan kegaduhan,”
“Menteri Agama, tolong diawasi kinerja anak buahnya jangan sampai ada uang negara yang diam-diam diembat oknum tidak bertanggung jawab,” tukas Jajang. [psid]