www.gelora.co - Presiden Joko Widodo menggelar pertemuan tertutup di Istana Merdeka dengan peserta aksi “Kamisan” (31/05). Aksi Kamisan yang digelar setiap hari Kamis sejak 2007 diikuti oleh keluarga korban pelanggaran HAM Trisakti, Semanggi, Talangsari, Tanjung Priok, dan lain-lain.
Pertemuan itu tidak dihadiri Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto, yang juga Panglima ABRI saat terjadi “Tragedi Mei 1998”. Beberapa saat sebelum pertemuan Presiden Jokowi dan peserta aksi Kamisan dimulai, Wiranto meninggalkan Istana.
Kalangan pergerakan dan aktivis HAM pesimis dengan pertemuan itu, mengingat pertemuan digelar jelang tahun politik.
Aktivis HAM Haris Azhar mempertanyakan kesungguhan Presiden Jokowi menyelesaikan kasus-kasus HAM di masa lalu. Haris bahkan mendesak Presiden Jokowi untuk segera memberhentikan Wiranto dari kursi Menkopolhukam.
“Presiden Jokowi temui perwakilan korban pelanggaran HAM yang berat, kalau bukan sandiwara, segera berhentikan Wiranto dari Menko, umumkan Polisi segera periksa Hendro atas Kasus Munir dan Talangsari'89,” tegas Haris di akun Twitter @haris_azhar.
Haris menyebut pertemuan itu politis. “Yaaa pasti politis(asi) lah; kenapa ngga dari dulu diterima, pas mau nyapres lagi baru ditemui, Tapi tinggal setahun, mau bikin apa? Paling dia bilang, makanya pilih saya lagi... Eah,” tegas @haris_azhar menjawab komentar akun @MariodeLima5.
Sebelumnya, istri aktivis HAM Munir Said Thalib, Suciwati Munir, menyatakan pertemuan itu bukan hal istimewa. Justru Suciwati bertanya-tanya, mengapa baru sekarang Presiden Jokowi merespons aksi Kamisan dengan menerima para peserta aksi?
"Aksi Kamisan sudah berlangsung selama 11 tahun lamanya di depan Istana Negara serta sudah mengirimkan ratusan surat ke Presiden, termasuk di era kepemimpinan Presiden Jokowi. Namun tidak pernah satupun di antaranya mendapatkan respons berarti," ujar Suciwati seperti dikutip kompas (31/05).
Suciwati khawatir pertemuan itu merupakan gimmick di tengah tahun politik. "Oleh sebab itu, kami khawatir pertemuan (Jokowi dengan peserta aksi Kamisan) hanya sesuatu yang bersifat simbolis atau merupakan 'gimmick' di tengah tahun politik yang sedang berlangsung," lanjut Suci. [itoday]